Mak Yayah, Hidup Sebatang Kara Di Gubuk Usang
terkumpul dari target Rp 54.100.000
Di usia 70 tahun, Mak Yayah harus menerima pahitnya hidup seorang diri, tanpa suami, tanpa anak, tanpa saudara. Ditambah Mak Yayah tinggal di gubuk 3x3 meter, tanpa dapur dan toilet. Gubuk itupun hasil swadaya masyarakat yang dibangun di atas tanah seorang tetangga yang dermawan.
Kondisi gubuknya sudah lapuk dimakan usia, banyak bocor dan keropos. Jangankan perabotan, untuk penerangan pun alakadarnya, meminjam dari tetangga.
Untuk keperluan MCK, Mak Yayah harus jalan beberapa puluh meter ke toilet umum. Tak terbayang bagaimana jika hujan atau saat malam hari. Betapa repot dan berbahaya, apalagi Mak Yayah sudah agak sulit berjalan.
Tak ingin mengandalkan bantuan tetangga, setiap hari Mak Yayah membersihkan area pemakaman. Upah yang diterima Mak Yayah hanya dari pengunjung yang datang ke makam. Itupun alakadarnya dan tidak setiap hari.
"Kalau mau puasa dan idul fitri Mak suka sedih, orang lain kumpul sama keluarganya, Mak mah sendiri aja paling, berisiknya sama suara jangkrik dan kodok. Tapi senengnya bulan Ramadhan ya bulan gajian Mak yang setaun sekali," cerita Mak Yayah.
Harapan Mak Yayah ingin punya warung kecil-kecilan agar setiap hari bisa mendapatkan penghasilan dan sedikit berbagi dengan anak-anak yang sering main di sekitar gubuknya. Yuk Insan Baik temani perjuangan Mak Yayah!
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membangun warung impian Mak Yayah serta pemenuhan kebutuhan Mak Yayah, serta untuk penerima manfaat lain di bawah pendampingan Amal Baik Insani.
Mak Yayah, Hidup Sebatang Kara Di Gubuk Usang
terkumpul dari target Rp 54.100.000