Di usia 73 tahun, Abah Ahmad masih memikul dagangan di pundaknya, berjalan kaki menyusuri jalanan demi mencari nafkah dengan berjualan gurilem. Dulu Abah sempat jadi kuli pabrik tekstil, tap karena tubuhnya sudah tidak kuat memikul beban berat ia beralih jadi penjual koran, dan kini, karena keuntungan berjualan koran yang sedikit, abah memilih berjualan gurilem dari pagi hingga malam.

Dalam sehari penghasilan abah tidak sangat tidak menentu, terkadang Abah hanya mampu membawa pulang 20-30 ribu rupiah atau bahkan dagangan gurilemnya tidak ada yang beli. Mirisnya, jika gurilemnya tak laku dalam beberapa hari, Abah Ahmad akan mengalami kerugian dan kehilangan modal karena rasa dan kualitas gurilemnya akan menurun atau melempem hingga tak bisa dijual lagi. Sedangkan keuntungan yang ia ambil dari tiap bungkus gurilem hanya 2000 rupiah. Tak jarang uang abah harus habis digunakan untuk ongkos transportasi. Untuk pulang pergi, abah Ahmad membutuhkan ongkos sebesar 40ribu rupiah untuk naik angkot dan ojek.

Di rumah panggung yang kurang layak Abah Ahmad tinggal bersama istrinya, Mak Eruk. Mak Eruk tidak bisa bekerja karena salah satu matanya sudah buta. Hal inilah yang menyebabkan abah harus berjuang lebih keras, dengan tubuh yang makin renta dan mudah sakit, Abah tetap memilih bekerja demi menghidupi dan merawat istri tercintanya.

Manis pahit dialami abah selama perjuangannya mencari nafkah, pernah Abah terpaksa berpuasa karena tak punya cukup uang untuk makan. Bahkan, ia tak sahur karena tak ada uang untuk beli nasi dan tetap memaksakan diri berjualan. Akibatnya kondisi fisik abah menurun karena sakit maagh dan ia akhirnya hanya bisa duduk di pinggir jalan menahan nyeri.

Terkadang merasa iri melihat pengemis atau badut jalanan yang bisa mendapatkan uang hanya dengan duduk diam. Meski begitu, Abah tetap memilih untuk berdagang dan berusaha.

Abah Ahmad tak mau mengemis. Katanya, “Saya masih bisa usaha, saya mau tetap kerja walaupun tua.”

Dengan penghasilan yang minim Abah Ahmad terus berjuang berjualan gurilem sembari merawat istrinya. Tapi sampai kapan abah harus berkelilng dan berjualan ke pinggir jalan? Tubuhnya sudah semakin ringkih dan mudah sakit-sakitan. Modal nya berjualan juga entah sampai kapan bisa bertahan.

Sobat Aksi, yuk patungan modal usaha untuk abah Ahmad agar bisa hidup lebih sejahtera. Kalian bisa berdonasi dengan cara :

1. Klik tombol “DONASI SEKARANG”;

2. Masukkan nominal donasi;

3. Pilih metode pembayaran GoPay atau transfer Bank (transfer bank BNI, Mandiri, BCA, BRI, BNI Syariah, atau kartu kredit) dan transfer ke no. rekening yang tertera;

4. Dapatkan laporan melalui email.