Tersendak biaya kini tumor dek parid mulai menyebar
terkumpul dari target Rp 250.000.000
“Semua berawal dari batuk yang dialami Agustus 2019, kala itu ia tidak kunjung membaik, akhirnya September 2019 kami memeriksakan Parid ke Puskesmas, alhasil hanya diberikan obat batuk biasa. Gejalanya semakin buruk batuk yang tak kunjung membaik, nyeri di dada dan penurunan berat badan drastis. Setelah berusaha ke 3 Rumah Sakit akhirnya kami mengetahui bahwa Parid divonis sakit ‘pleuropulmonary blastoma’. Sedih hati saya, setelah mendengar itu, serasa tidak percaya anak kami mengalami sakit serius seperti itu..” – Mulyati, Ibunda Parid.
Hati ibu mana yang tidak hancur mendengar anaknya di vonis penyakit mematikan. Akhirnya parid harus menjalani kemoterapi secara rutin. Semakin hari badannya semakin kurus, hanya tulang dan kulit yang terlihat.
Sudah 46 kali Parid kemoterapi di tahun 2019-2020, tetapi karena terkendala biaya dan covid 19 kala itu, membuatnya kedua orangtuanya tidak punya penghasilan. Jadi Parid tidak bisa menjalani pengobatan.
“Dulu sudah kemoterapi 46 kali, bulak balik Rumah Sakit walaupun cuma punya 50 ribu untuk ongkos, laper mah di tahan. Ibu juga ga punya kendaraan, jadi jalan aja sampai dapat angkot. Tapi, Alhamdulillah waktu itu sudah kelihatan membaik. Badan berisi, muka dan warna kulit juga bersih, rambut Parid juga mulai tumbuh lagi. Yakinlah ya Parid udah sembuh..” – lanjutnya.
Namun kenyataan berkata lain, keadaan Parid mengalami penurunan lagi. Kini keadaannya lebih buruk dari sebelumnya, dadanya sesak, perut hingga pinggang yang melingkar kebagian punggungnya sakit seperti kram, kakinya pun sakit karena mengidap ‘reumatik’.
Parid sering menangis seolah sudah tidak mampu menahan rasa sakit yang ia tanggung. Apalagi rumahnya jauh dari kota jadi kalau nunggu angkot harus jalan dulu menyusuri gang dengan tertatih ia berjalan dan banyak istirahat.
Parid dan Ibundanya harus berjalan sejauh 1,1 km untuk sampai ke jalan raya. Pekerjaan ayah Parid serabutan sebagai kuli bangunan dan penghasilannya tidak tentu. Membuat Parid kesulitan dalam menjalani pengobatan, belum lagi adiknya yang masih kelas 2 SD juga butuh banyak biaya.
Sedangkan setiap kali berobat ke Rumah Sakit, Parid membutuhan banyak biaya untuk pengobatan kemoterapi dan operasi toraks, juga membeli obat pereda nyeri dikala sakit yang tiba-tiba menyerang tubuh Parid.
“Saya Cuma ingin Parid sembuh, sehat lagi dan bisa sekolah lagi seperti temannya. Tidak harus meminta tugas tambahan karena ga bisa ikut belajar di kelas dan harus berobat.” -pungkas ibu Parid.
Tersendak biaya kini tumor dek parid mulai menyebar
terkumpul dari target Rp 250.000.000