Apakah Sobat pernah menemukan tempat ibadah dengan kondisi toilet yang membuat Sobat gelisah? Entah karena kumuh, kotor, bau, atau tanpa sekat ikhwan dan akhwat. Khususnya bagi akhwat, rasanya seperti mau beribadah tapi melakukan dosa dulu ya? Ini membuktikan peran penting toilet bagi kita.

Pentingnya toilet juga dirasakan oleh warga di pelosok. Bukan saja untuk ibadah, toilet di pelosok bahkan digunakan warga untuk berbagai aktivitas. Toilet yang baik dapat menampung air dengan baik pula, air terjaga kesuciannya. Namun, banyak di antara mereka tidak memiliki cukup dana untuk membangun toilet ideal. Bahkan, di beberapa lokasi nyaris tidak ditemukan toilet.

Mushola Al Amanah, berlokasi di  Desa Cibuluh, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, adalah salah satu tempat ibadah tanpa toilet, bermodalkan tempat wudhu di alam lepas. Atap penampungan air wudhu tidak tertutup sempurna, tidak ada penerangan, bahkan aliran air untuk wudhu hanya mengandalkan satu keran paralon, boro-boro sekat untuk ikhwan dan akhwat. 

Abah Mahpudin (60 tahun), salah satu jamaah Al Amanah menceritakan kesedihannya, katanya kalajengking dan tawon yang sewaktu-waktu masuk ketika shalat berjamaah. Ke mushola saja masuk, apalagi ke tempat wudhu? Bayangkan, hari sudah mulai gelap, tanpa penerangan, air belum tentu suci, hewan sewaktu-waktu dapat menghampiri. 

Ada pula Toilet di Kampung Cibeber, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat. Toilet ini sangat jauh dari kata ideal, rusak pun rasanya kurang menggambarkan keprihatinan toilet ini. Sering digunakan untuk berbagai aktivitas warga termasuk bersuci. Toilet ini hanya memiliki satu aliran yang dibuat dari kayu. Dinding toilet ber material bilik, terbuka, dan sangat rapuh. Tidak ada jendela, lantai, maupun pintu. 

Kisah di atas hanya dua dari banyaknya kemalangan toilet yang ada di pelosok. Sobat, mari bantu kerabat kita di pelosok untuk kembali menghadirkan toilet yang layak.