“Anak-anak di SLB tidak belajar Qur’an karena masih sangat minim dan butuh waktu khusus. Tempat belajar Qur’an bagi disabilitas juga terbatas baik di lembaga formal atau non formal, fasilitasnya kurang memadai, infrastrukturnya juga terbatas,” – ujar Pak Mul.
Pak Mul adalah guru yang mengajar di Rumah Qur’an Braille, ia berharap agar tempat ini bisa terus ada. Sebab ia dan istrinya Bu Sari merupakan pasangan tunanetra, mereka bisa merasakan sulitnya belajar Qur’an ditengah kondisi tidak bisa melihat.
Rumah Qur’an Braille berdiri sejak awal tahun 2022 diatas bangunan berukuran 4x6 meter yang terletak di Jalan Veteran Gg Mawar II, Purwakarta. Rumah Qur’an ini menjadi satu-satunya sarana untuk anak-anak penyandang tunanetra belajar mengaji.
Dilatar belakangi dari kecemasan orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus dan sulit menemukan tempat untuk anaknya belajar Qur’an. Maka Muslim Seasia Fondation berkolaborasi dengan Sharing Happiness mendirikan Rumah Qur’an Braille.
Saat ini sudah ada 10 siswa dengan berbagai keterbatasan dan 5 pengajar (2 tunanetra) yang dibayar sukarela. Tujuan anak-anak tunanetra ini sangat sederhana, mereka ingin memberikan mahkota untuk kedua orangtuanya di Hari Kiamat kelak.
Bahkan tidak sedikit dari mereka yang bercita-cita ingin menjadi Ustadz dan Hafidz Qur’an, semangat itulah yang membuat orangtua siswa rela datang jauh-jauh.
Seperti cerita anak tunanetra bernama Radit (13), anak laki-laki berbadan besar yang ceria dan senang bercanda dengan teman-temannya.
Ayahnya bercerita, jika sebelumnya Radit pernah melihat, tapi menginjak kelas 5 SD ada masalah di otak Radit yang membuat matanya juling hingga dipasang selang di kedua sisi kepalanya.
“Tapi Radit gak pernah ngeluh, sakit atau kenapa dunianya menjadi gelap? kenapa dia tidak bisa main seperti anak lain, dia justru semangat sekali belajar ngajinya, menghafal Qur’an nya,” – Ayah Radit.
Radit juga tumbuh menjadi anak yang cerdas, semangatnya dalam belajar Qur’an sangat tinggi, ia sudah mampu membaca Iqra dan menghafal surat-surat pendek.
Sayangnya, Rumah Qur’an Braille masih berstatus sewa/ngontrak sehingga memerlukan dana yang tidak sedikit.
Mereka juga memerlukan fasilitas tambahan seperti alat baca Braille teks, Qur’an Braille, meja kursi, alat tulis, transportasi, reward untuk anak-anak dan kebutuhan khusus lain seperti air dan listrik yang semua itu masih mengandalkan bantuan dari Donatur.
Maka dari itu jika teman baik punya rezeki lebih mari bantu Rumah Qur’an Braille tetap berdaya dan fasilitasnya terpenuhi. Karena mimpi anak-anak tunanetra bergantung pada tempat ini.
Semakin banyak tunanetra yang menghafal Qur’an, maka semakin banyak doa dan amal jariyah yang mengalir kepada para Donatur. Seperti hadits berikut:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh,” (HR Muslim).
Yuk, Sedekah Jariyah karena sedikit banyaknya donasi yang kalian titipkan akan sangat berarti untuk anak-anak tunanetra di Rumah Qur’an Braille menghafal Al-Qur’an.
pendidikan
terkumpul dari target Rp 1.000.000