Siapa yang tahu musibah apa yang akan menimpa kita? Begitu pula yang terjadi dengan Abah Andi. Rumah yang ia tinggali saat ini, adalah rumah hasil kebakaran beberapa saat lalu. Ya.. Rumahnya kebakaran dan menghabiskan seluruh barang dan harta yang ia miliki.

Tidak lama setelah kejadian tersebut, Abah justru harus menghadapi lagi ujian berat. Istrinya meninggal dunia dan tinggalkan Abah sendiri. Kini Abah benar-benar hidup sebatang kara. 

Usianya yang sudah menginjak 83 tahun, tetap harus berjuang demi bisa bertahan hidup. 

Ia pun memutuskan untuk mencari rejeki lewat memulung rongsokkan. Namun dengan kondisi tubuh yang sudah tidak bugar, bungkuk, Abah tidak bisa mengumpulkan rongsok yang banyak. Seringkali ia harus berebutan dengan pemulung lain yang masih muda dan sehat. 

Karena hal itu pula, seiring berjalannya waktu tubuh Abah kian mengurus. Bagaimana tidak? Ia bahkan pernah menahan lapar, tidak makan sesuap nasi pun hingga 2 hari karena rongsok yang ia kumpulkan belum cukup banyak untuk dijual. 

Harga 1 kilogram rongsok pun hanya 1.200 rupiah saja, sedangkan harga beras saat ini paling murah di 13 ribu rupiah. Abah harus mengumpulkan sekitar 13 kilogram rongsok untuk bisa membeli beras dan makan. Sedangkan tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk mengangkat rongsok seberat itu.

Hasil rongsok yang hanya berapa kilogram inipun Abah seret saking lemas tubuhnya. Bahkan pernah Abah disangka maling karena menyeret-nyeret plastik hitam besar.

Teman kebaikan, Abah sudah tidak banyak menginginkan hal-hal besar. Hatinya begitu lapang menerima keadaan. Namun alangkah baiknya jika kita mampu membantu Abah dapat menjalani hidup yang lebih layak.

Yuk kita bantu Abah tinggal di tempat lebih layak dan dipermudah untuk penuhi kebutuhan pangannya!