Bersama Fahril dan Nur Menyulam Keharmonisan
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Fahril (16 tahun) dan Nur (28 tahun) tinggal berdua di sebuah rumah sederhana di Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta.
Nur mengalami kelumpuhan otak sejak usia 8 bulan, yang menyebabkan dia hanya bisa terbujur kaku di tempat tidur. Keterbatasan alat membuat ibunya membawa Nur ke rumah sakit terdekat, namun hasilnya adalah rujukan ke rumah sakit pusat di Yogyakarta. Setelah diuji, Nur didiagnosis menderita gangguan otak kecil yang menyebabkan kelumpuhan permanen. Setelah kehilangan ayahnya pada usia 1 tahun dan ibunya pada tahun 2021, Nur menjadi yatim piatu.
Kini, Nur tinggal bersama keponakannya, Fahril, setelah orang tua mereka bercerai dan memiliki keluarga baru. Fahril menjalani hari-harinya dengan merawat Nur setelah pulang sekolah, memberikan obat, menyuapinya, dan membersihkan tempat tidur serta badan Nur.
Kebutuhan sehari-hari mereka hanya terpenuhi dengan bantuan dari kakak Nur, Mbak Dwi, seorang pedagang pakaian di pasar tradisional. Meskipun penghasilannya hanya 2 juta rupiah per bulan, Mbak Dwi juga harus mengurus suaminya yang sakit telinga dan anak-anak mereka. Fahril juga membantu Mbak Dwi sebagai kurir, menerima pesanan dan mengantarkan barang, tanpa mematok harga untuk jasanya. Semua pekerjaan ini dilakukan pada sore hari hingga menjelang malam dengan sepeda bututnya.
Tanggungan Mbak Dwi sebenarnya sudah cukup berat, namun dia selalu menyisihkan penghasilannya untuk mendukung Nur dan Fahril. Fahril sendiri juga membutuhkan perlengkapan sekolah dan biaya untuk masuk SMA, namun dia cemas karena tidak bisa masuk SMA negeri karena peraturan zonasi.
Meskipun dalam kondisi sulit, Fahril dan Nur tetap bertahan dan menjalani hari-hari mereka dengan penuh semangat dan keikhlasan.
Bersama Fahril dan Nur Menyulam Keharmonisan
terkumpul dari target Rp 100.000.000