#TemanBerbagi
Ini bukanlah kafe yang lagi trend bergaya ‘unfinished’. Tapi kalau kamu melihat dinding Masjid Nurul Hidayah ini mengelupas hingga batanya terekspos, itu bukan ikut-ikutan tren. Masjid di Kampung Cigarogol ini sudah rusak parah, keropos dan lapuk di mana-mana.
Masjid pelosok ini berusia 32 tahun, tapi warga baru sekali merenovasi, yaitu tahun 1997. Saat itu pun, keterbatasan dana membuat warga belum bisa sedekah masjid untuk renovasi total. Namun, masjid belum juga rampung, kini malah kembali rusak: bocor di mana-mana, tembok belah dan rompal (berguguran).
Banyak tembok Masjid Nurul Hidayah yang sudah rompal
Kecintaan akan masjid satu-satunya di kampung, membuat warga inisiatif patungan tiap panen. Setahun dua kali, per orang menyumbang 10 kg padi. Hasil yang terkumpul akan dijual, lalu uangnya dipakai untuk memperbaiki apapun yang sekiranya sesuai dana.
“Masjid lain ada, tapi ke sana harus ljalan kaki sekitar satu jam, melewati sungai dan tanah terjal” ungkap Pak Osul, warga setempat.
Warga Cigarogol termasuk kuat memegang agama. Masjid berukuran 8×12 m2 ini pun makmur dengan ibadah berjamaah, pengajian, dan acara keislaman.
Nurul Hidayah makmur dengan ibadah jamaah dan pengajian, di tengah fisik bangunan yang sudah rompal.
Maka, kerusakan masjid pelosok ini menimbulkan kesedihan mendalam dan kekhawatiran. Sampai kapankah masjid mereka bisa bertahan di tengah gempuran cuaca dan usia tua?
Masjid belum rampung, kini malah rusak kembali