Nyawa Terancam! Sudah Bertahun2 Titin Stop Pengobatan
terkumpul dari target Rp 60.000.000
“Banyak orang bilang, ‘Udah anak sakit gitu mah gak usah diobatin’, Ya Allah saya mah cuma bisa bales pake senyum walau sakit banget rasanya. Mereka gak tahu perjuangan saya lahirin Titin kaya gimana.. Saya mah sayang banget, pengen Titin bisa berobat lagi, biar dia terbebas dari sakitnya. Saya nggak tega lihat anak saya seperti ini…”, ucap Bu Eni.
Miris sekali, sudah 12 tahun lamanya, Titin (12) hidup dalam penderitaan akibat hidrosefalus. Sejak lahir, kepalanya terus membesar penuh cairan, menyebabkan otaknya terhimpit dan saraf-sarafnya rusak. Di usianya yang seharusnya sudah bisa mandiri dan aktif seperti anak-anak lainnya, Titin belum dapat melakukan apapun sendiri. Ia hanya bisa tiduran atau digendong sang Ibu.
Sebenarnya Titin sudah pernah menjalani operasi penyedotan cairan dulu semasa kecil. Namun itu tidak berefek signifikan. Kepalanya yang sempat mengecil, kini kembali membesar karena sudah lama tidak menjalani pengobatan.
“Sudah bertahun-tahun anak saya berhenti pengobatan, pun dia kejang hanya bisa Ibu gendong dan elus-elus kepalanya.. Sedih banget..” Lirih tangis Ibu.
Bu Eni merasa sangat kebingungan. Hatinya hancur melihat putri bungsunya terus menderita, namun beliau juga tak memiliki banyak pilihan. Penghasilannya sebagai buruh cuci panggilan pun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
Sering kali, dengan sangat terpaksa Bu Eni harus berhutang kepada tetangga-tetangganya untuk sekedar membeli beras, nasi, biskuit, ataupun susu untuk Titin
Yang lebih menyayat hati, Bu Eni bahkan pernah menjual kursi roda Titin karena terdesak kebutuhan biaya pengobatan. Akibatnya, Titin tidak bisa lagi diajak jalan-jalan atau berjemur di luar, sesuatu yang sebenarnya sangat ia butuhkan untuk kesehatannya.
Tak hanya Titin yang menderita, Ayahnya, Pak Yayat, juga sedang sakit parah. Beliau menderita asma akut dan sudah tidak bisa beraktivitas sama sekali. Setiap hari, Pak Yayat hanya bisa terbaring tak berdaya di atas kasur lusuh mereka, bergantung pada oksigen tambahan untuk membantunya bernapas.
Dengan suami yang tak lagi mampu bekerja dan Titin yang membutuhkan perawatan intensif, Bu Eni menjadi satu-satunya tumpuan keluarga. Penghasilannya yang sangat terbatas harus diatur sedemikian rupa agar bisa cukup untuk membeli obat dan makan bagi suami dan anaknya.
Sungguh, hati ini terasa pilu melihat kehidupan penuh kesulitan yang harus dijalani oleh Bu Eni, Titin, dan suaminya. Melihat Titin yang sudah menderita selama 12 tahun, tanpa tahu kapan penderitaan itu akan berakhir, semakin menghimpit hati Bu Eni setiap harinya.
***
#TemanKebaikan, maukah kalian membantu agar Titin bisa segera operasi dan selamat? Yuk kita bantu selamatkan masa depan Titin yang masih sangat panjang ini.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Nyawa Terancam! Sudah Bertahun2 Titin Stop Pengobatan
terkumpul dari target Rp 60.000.000