Panti Tunanetra Berjuang Sendiri di Tengah Kesulitan
terkumpul dari target Rp 210.000.000
28 Anak di Panti Tunanetra Arrosyadiyah ini menunjukkan dengan jelas bagaimana mereka ingin membuktikan kepada banyak orang diluar sana bahwa, “Miliki Keterbatasan Bukan Berarti Tak Bisa Melakukan Apa-Apa”.
Dan benar adanya.. Kalimat itu tertancap keras di benak mereka. Bukti nyatanya adalah, kini:
- Mereka bisa kemana-mana secara mandiri
- Mereka bisa membaca dan menulis dengan lancar melalui buku Braillenya.
- Mereka bisa fasih membaca dan melafalkan ayat demi ayat Al-Qur’an.
Dan banyak kemampuan lainnya yang mereka miliki. Namun sayang, semua kemampuan yang mereka dapatkan itu bukan berasal dari orang tuanya sendiri, melainkan dari Pak Nasir, pemilik Panti Tunanetra Arrosyadiyah ini.
Pak Nasir sendiri adalah seorang Tunanetra, selama 10 tahun beliau pertahankan panti seorang diri melalui perjuangannya dengan menjadi ‘Pembuat Keset’. Beliau korbankan seluruh tabungan hasil upah buat keset itu demi terus bisa hidupi 28 anak tunanetra. Ungkapnya,
“Saya juga tunanetra, buta, saya tahu persis apa yang di rasakan anak-anak itu,”.
Beliau cerita, awalnya anak-anak tunanetra yang Pak Nasir temui adalah anak yang sering mengurung diri, tak bisa belajar, tak bisa apa-apa. Padahal mereka punya hak untuk belajar. Apa daya.. Pun bisa sekolah, mereka harus sekolah di sekolah luar biasa, yang perlu biaya yang lebih mahal. Tak hanya itu, bahkan mereka juga tak bisa kemana-mana untuk sekedar bermain, keterbatasan fisik seolah menghalanginya.
“Tapi Alhamdulillah sekarang mereka bisa melakukan segalanya, bukan karena saya.. Tapi semangat mereka ingin belajar yang luar biasa..” Lirih Pak Nasir bangga kepada 28 anak pantinya.
Namun sayang faktanya mereka belum memiliki Buku dan Al-Qur’an Braille yang cukup dan layak dikarenakan harganya yang mahal. Ungkap Pak Nasir bahkan mereka hanya miliki 3 Buku dan Al-Qur’an Braille saja, sehingga tak jarang ketika belajar mereka harus bergantian.
Yang bikin menyayat hati, kondisi panti pun jauh dari kata layak. Sempit dan lembab, seluruh kamar dipenuhi tempat tidur yang sudah lapuk. Karena banyak yang sudah rusak, mereka harus tidur berdesakan di kasur kecil, satu kasur berdua, bertiga, bahkan berempat dengan posisi kaki menggantung. Panti Tunanetra Arrosyadiyah ini belum cukup penuhi semua kebutuhan. Untuk makan saja sering kesulitan.
Sudah banyak sekali lika-liku yang mereka rasakan, bahkan sejak awal adanya panti tahun 2013 tahun silam, saat panti ini masih menumpang, tiba-tiba mereka digusur. Kala itu kondisi mereka luntang-lantung, sampai akhirnya seseorang memberikan bantuan sementara di bangunan yang sampai saat ini mereka tempati.
Jika kamu tahu, sampai saat ini perasaan takut masih terasa dibenak mereka, mereka takut jika kejadian 2013 silam terulang kembali karena tempat yang ditempati saat ini pun bukan milik mereka, melainkan bantuan sementara. Mereka takut, jika harus terusir kembali, kemana lagi mereka harus pergi? Selama ini hanya panti ini tempat mereka bernaung dan tidak dikucilkan.
#TemanKebaikan, kami mengajakmu untuk mewujudkan bangunan pesantren yang layak dan sekedah makanan untuk mereka. Donasimu akan membuat banyak tunanetra bisa belajar dan menghafal Al-Qur’an seperti kita.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Panti Tunanetra Berjuang Sendiri di Tengah Kesulitan
terkumpul dari target Rp 210.000.000