Tak Kenal Lelah Berjualan Meski Difabel Demi Istrinya
terkumpul dari target Rp 70.000.000
"Meski saya tidak bisa janji hidup kita akan selalu penuh kebahagiaan, saya pastikan akan tetap berada di sampingmu, apapun yang terjadi."
Begitu dalam rasa takut kehilangan yang dimiliki keduanya, Pak Kiranta dan istrinya. Semenjak kehilangan sang anak, mereka semakin semangat berjuang demi satu sama lain.
Anak mereka baru saja meninggal dunia dikarenakan penyakit lambung yang tidak tertangani. Mereka tidak sempat mengobati anaknya dengan baik karena masalah biaya.
“Kalau saja waktu itu ekonomi kita mencukupi, mungkin anak kami masih ada. Setiap hari saya merasa bersalah karena tidak bisa jadi orangtua yang baik..”
Tidak ingin kehilangan lagi orang tercinta, mereka semakin semangat berjualan. Panas, hujan, mereka lewati demi sesuap nasi.
Tak ingin menyerah atau meminta-minta, Pak Kiranta dan istrinya berkeliling menjajakan tisu dan masker di perempatan jalan demi memenuhi kebutuhan hidup. Dengan sabar, istrinya mendorong kursi roda Pak Kiranta menyusuri jalan-jalan di kota Bandung.
Mereka sudah akrab dengan kerasnya hidup di jalanan. Risiko ditabrak kendaraan selalu menghantui, barang dagangan mereka pernah dicuri, dan Pak Kiranta sering kali ditipu atau diusir. Namun, demi istrinya, Pak Kiranta tetap bertahan hingga hari ini.
"Kalau istri saya meninggal lebih dulu, mungkin saya sudah menyerah. Anak kami juga baru saja meninggal karena sakit, dan kami nggak punya biaya untuk berobat," ucap Pak Kiranta lirih.
"Selama saya masih hidup, saya akan tetap menafkahinya dan memberinya makan. Hidup saya hanya untuknya," lanjutnya.
"Apapun yang terjadi, saya nggak akan meninggalkan Bapak. Kami berjanji akan selalu bersama, sehidup semati," ujar sang istri dengan mata berkaca-kaca.
Pendapatan Pak Kiranta sangat tidak menentu, bahkan sering kali hanya mendapatkan keuntungan 500-1000 rupiah per kotak tisu. Pernah, dalam sehari, dia hanya berhasil menjual enam kotak tisu saja.
Pak Kiranta dan istri baru pulang hingga dagangannya habis, atau maksimal jam 6 sore. Jika hari itu mereka untung, mereka bisa membeli 1 nasi bungkus untuk berdua. Namun jika tidak, maka mereka akan puasa..
Walaupun hidupnya jauh dari kata sempurna, Pak Kiranta tetap bersyukur karena setiap ia membuka mata, masih ada sang istri yang menemani.
Pak Kiranta berdoa kepada Allah SWT, agar ia dan istri diberikan kesehatan. Ia juga berharap bisa membahagiakan sang istri, yang setia mendampingi hingga detik ini..
#TemanKebaikan, yuk kita bantu pasangan hebat ini agar bisa hidup bersama lebih lama dengan layak! Kita bantu agar Pak Kiranta bisa mendapatkan pengobatan yang tepat hingga sembuh kembali dan terhindar dari rasa sakit.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Tak Kenal Lelah Berjualan Meski Difabel Demi Istrinya
terkumpul dari target Rp 70.000.000