70 Terkena Luka Bakar, 10 Tahun Berjuang Nafkahi Keluarga Meski Penuh Keterbatasan
terkumpul dari target Rp 130.000.000
Selama 10 tahun, hidupnya dihadapkan pada takdir yang pilu. Kisah hidupnya benar-benar membuat kami merasa bahwa cobaan hidup yang kami rasakan ini jauuuh lebih ringan dan tak berarti jika dibandingkan dengan apa yang beliau rasakan.
“Gak bisa apa-apa lagi kak, ini udah bagian dari takdir Tuhan.. Do’akan saja saya dan keluarga sehat selalu kedepannya..” Ucap pilunya.
Pak Defi, seorang kepala keluarga yang kami temui di pinggir jalanan sembari menawarkan tisu ini adalah sosok yang pantang menyerah. Fisiknya kurang sempurna karena sebuah tragedi yang menimpanya 10 tahun silam ketika si jago merah yang melahap habis rumahnya di Jambi.
Kedua orang terkasih baginya, yaitu istri dan anaknya selamat dari tragedi tersebut. Namun naas, berbeda dengan nasib beliau, 70% luka bakar harus diderita pada sekujur tubuhnya. Tak terbayang oleh kami bagaimana rasa sakit, panas, juga perih yang dirasakan beliau hingga meminta pada dokter untuk mengakhiri hidupnya dengan kalimat “suntik mati saja, dok..”
“Awal-awal saya bener-bener udah gak mau hidup kak, soalnya gak kuat nahan sakit dan minder tiap kali lihat wajah dan tangan saya kaya gini. Tapi sekarang setelah di pikir-pikir lagi bersyukur Tuhan kasih saya kesempatan kedua untuk bisa hidup. Meskipun banyak orang yang takut melihat kondisi saya..” Lirihnya,
Tak sedikit cemoohan yang Pak Defi terima akibat kondisinya, bahkan ungkapnya anak-anak sekolah kerap mengejeknya dengan sebutan “alien”. Juga seorang ibu hamil yang seringkali mengusap-ngusap perutnya sembari langsung mengalihkan pandangannya. Tak pernah terbesit amarah ataupun dendam dalam hatinya, beliau justru membalas mereka dengan senyum ikhlas.
Merantau jauh dari anak dan istrinya ke Jakarta hanya untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga untuk tetap bisa menafkahi mereka. Baginya, kekurangannya saat ini bukanlah hal yang harus di manfaatkan untuk menjadi ‘seorang pengemis’. Beliau justru berkata, “Selama saya masih bisa nafas, saya akan melakukan apapun untuk anak dan istri saya bisa terus makan dan tak merasa kelaparan setiap harinya..”
Kami ingat sekali, saat pertama kali bertemu beliau, ia bertanya, “Kakak gak takut kan beli tisu di saya..” Untuk memastikan pandangan seorang pembeli itu tidak takut jika melihat beliau. Saat kami tanya balik, “Kenapa Pak?”, lirihnya, “Engga takutnya orang-orang gak mau beli dagangan saya karena takut lihat wajah saya..”. Kami yang mendengar itu seketika tak bisa menahan tangis, sungguh besar hati seorang Ayah yang hebat ini.
Perjuangannya sudah sangat keras, bahkan beliau tak mau pulang jika tisunya belum terjual setidaknya 10 tisu. Namun tak jarang, sudah larut malam hanya beberapa tisu saja yang berhasil terjual.
Ada harapan Pak Defi untuk bisa memiliki usaha di kampungnya kelak, agar dirinya tidak harus berjauhan dengan keluarga dan bisa menghabiskan masa tuanya bersama orang-orang terkasih.
#TemanKebaikan bantu wujudkan impian Pak Defi yuk! Sedikit uluran tangan dari kita, bantu ringankan beban berat di pundaknya selama ini.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
70 Terkena Luka Bakar, 10 Tahun Berjuang Nafkahi Keluarga Meski Penuh Keterbatasan
terkumpul dari target Rp 130.000.000