Perjuangan Ayah Tunggal Hidupi Anak Hidrosefalus
terkumpul dari target Rp 70.000.000
Tak seperti kebanyakan anak usia 6 tahun, Akhtar belum pernah merasakan asyiknya bermain. Ia hanya bisa terbaring kaku, dengan tubuh lemas dan kepala yang membesar akibat hydrosefalus sejak lahir. Bahkan untuk berbicara saja Akhtar tak mampu; satu-satunya cara ia berkomunikasi hanyalah melalui tangisan, yang kadang tiba-tiba pecah saat rasa sakit menyerang.
“Akhtar sakit gini dari lahir, Mas. Bahkan dulu dokter menemukan cairan hitam di kepalanya. Dokter sampai bilang kemungkinan Akhtar hidup hanya 1%. Saat itu, saya cuma bisa pasrah,” ucap Pak Agung.
Begitu luar biasa perjuangan Pak Agung, seorang diri ia mengurus Akhtar setelah ibunya memilih pergi. Tak sanggup menanggung malu memiliki anak sakit dan tertekan oleh kondisi ekonomi, ibu Akhtar membawa serta kakaknya yang sehat dan meninggalkan Akhtar pada Pak Agung.
Yang menyayat hati, sekalipun Pak Agung tak pernah mendengar kata pertama dari bibir anaknya, ia tak pernah memiliki kesempatan untuk mengantarkan Akhtar berlari ke gerbang sekolah dengan seragam merah putih. Yang Pak Agung saksikan hanyalah kepala Akhtar yang terus membesar sejak dia masih bayi hingga kini berusia 6 tahun.
“Hanya di awal saja saya bawa Akhtar ke dokter, tapi setelahnya tidak pernah lagi. Akhtar sudah berhenti pengobatan selama 4 tahun, Mas. Uangnya dari mana?” keluh Pak Agung, sedih sekali.
Pengobatan Akhtar sudah sangat terlambat; cairan di dalam kepalanya terus bertambah banyak, menghimpit otaknya. Tubuhnya sangat kurus karena asupan gizi yang tak terpenuhi. Bahkan sering kali, Akhtar mengalami kejang yang berlangsung selama lima menit atau lebih.
Sebenarnya, Pak Agung sangat ingin membawa Akhtar berobat, tetapi penghasilannya sebagai penyiram taman tidak cukup untuk menutupi biaya ongkos ke rumah sakit. Jangankan untuk ongkos, untuk kebutuhan sehari-hari Akhtar seperti pampers pun, Pak Agung sudah menjual semua barang berharga di rumahnya, seperti TV, kompor, kulkas, hingga tabung gas.
"Pengen beliin Akhtar kursi roda supaya bisa tiap hari main aja, belum bisa-bisa, Mas. Saya merasa gagal jadi ayah," ucap Pak Agung.
#TemanKebaikan, jika Akhtar dibiarkan terus menerus tanpa pengobatan, nyawanya bisa terancam. Bantu Akhtar dapatkan pengobatan dan kehidupan yang layak yuk?
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Perjuangan Ayah Tunggal Hidupi Anak Hidrosefalus
terkumpul dari target Rp 70.000.000