Sepasang Lansia Bertahan Hidup dengan Jual Kandang Ayam
terkumpul dari target Rp 65.000.000
Air mata kerap membasahi wajahnya, kakinya sakit hingga bengkak, namun langkah demi langkah terus mereka jajaki. Sembari menggotong kandang ayam dari bambu yang mereka jual. Pasangan lansia itu hanya mendapat 20 ribu untuk satu kandang. Dua anaknya meninggal dunia, mata suaminya tak sempurna.
Inilah pasangan kekasih yang benar-benar merasakan susah senang bersama. Emak Warmini (72 tahun) dan Abah Harun (73 tahun). Usianya sudah renta, mereka berjuang banting tulang berjualan kandang ayam dari bambu yang mereka buat sendiri. Sedihnya, mereka tempuh 15 KM bahu-membahu menggotong kandang seberat 10 KG! Penuh harap dagangannya bisa laku, agar mereka bisa menyantap nasi hari itu.
Banyak sekali rintangan yang sudah mereka lewati bersama selama 50 tahun. Namun baginya, pengalaman paling menyayat hati sewaktu tertabrak di jalan. Abah Harun cerita
“Waktu jualan keliling, emak sama abah di tabrak motor yang mau salip mobil, kandangnya rusak, yang nabraknya lari ga tanggung jawab. Padahal kandang itu belum terjual selama 3 hari..” ucapnya sembari meneteskan air mata.
Abah juga cerita kalo lagi buat kandang, kepala Abah sering banget sakit. Sering juga serbuk kayunya masuk ke mata Abah. “Perih sekali..” Ucapnya
“1 Kandang ini pembuatannya sampai 3 hari nak, karena Abah buatnya cuma berdua sama Emak. Baru bisa laku biasanya paling sebentar 2 hari. Jadi Abah sama Emak baru dapet hasil jualan di hari ke 5, itu juga untungnya cuma 20 ribu. Belum lagi banyak juga yang nawar..” -Abah Harun
Sedihnya Abah juga bilang kalo tangannya sering kena palu sampai bengkak, parahnya bisa sampai berdarah. Tapi Abah mau ga mau tetap melanjutkan bikin kandang, soalnya cuma itu satu-satunya harapan Abah dan Emak bisa bertahan hidup.
“Emak sama Abah kalo jualan bawa bekelnya cuma air putih anget atau kalau lagi ada teh, Emak bikin teh manis. Itu buat ngeganjel perut Emak dan Abah buat seengganya ga kelaparan dan ga lemes di jalan. Nanti malem baru bisa makan lagi dirumah, biasanya pakai bakwan atau kangkung..” -Mak Warmini
Kedua anak Emak udah meninggal sewaktu mereka masih kecil. Anak yang pertama laki-laki meninggal di dalam kandungan, tak tertolong karena Emak dan Abah tak punya biaya untuk pergi ke bidan.
“Makannya Emak dan Abah mah kalo liat anak kecil seneng banget, suka kasih uang jajan atau beliin es krim, soalnya ngerasa ngasih ke anak sendiri…” Lirih Abah Harun
Harapan Emak dan Abah ingin sekali punya kamar mandi dirumah, karena selama ini Emak dan Abah selalu ikut ke kamar mandi warga. “Kadang ngerasa gaenak kalo mau mandi dan lain-lain kesana terus..” Ucap Emak
#TemanKebaikan, maukah bantu sepasang lansia ini tersenyum setiap harinya?
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Sepasang Lansia Bertahan Hidup dengan Jual Kandang Ayam
terkumpul dari target Rp 65.000.000