Hampir 100 Tahun Tetap Berjuang Demi Anak yang Sakit
terkumpul dari target Rp 70.000.000
Mak Emun, seorang lansia berusia 91 tahun, hidup bersama anaknya yang mengalami depresi dan gangguan jiwa setelah ditinggal oleh suaminya. Mereka tinggal di rumah tua yang kondisinya memprihatinkan, dengan dinding dari bilik bambu dan atap kayu yang sudah rapuh. Saat angin kencang bertiup, atap rumah sering kali roboh dan berjatuhan. Ketika hujan turun, banyak bagian rumah yang bocor, sehingga ember-ember harus diletakkan di berbagai sudut untuk menampung air hujan yang merembes masuk.
Demi mencukupi kebutuhan hidup, Mak Emun mengumpulkan daun kelapa sawit yang tak terpakai dan mengolahnya menjadi sapu lidi. Dalam sehari, ia mampu membuat sekitar 24 ikat, tergantung pada ketersediaan daun. Namun, tiap ikat sapu lidi hanya dihargai 1.200 rupiah oleh pengepul.
Di usianya yang sudah sangat tua, Mak Emun tetap memaksakan diri untuk bekerja demi bisa bertahan hidup. Kakinya yang lemah tak lagi kuat berjalan jauh untuk mencari daun kelapa sawit, bahkan untuk berdiri pun ia harus tertatih. Tangannya sering gatal akibat terlalu sering bersentuhan dengan limbah daun dan terpapar sinar matahari. Selain itu, Mak Emun juga tidak memiliki WC di rumahnya, sehingga ia harus pergi ke sungai untuk membersihkan diri.
Mak Emun juga tidak bisa mengobati gatal-gatal di tangannya karena jika memiliki uang, ia lebih memilih untuk membeli beras daripada obat atau pergi berobat. Kadang, Mak Emun harus melewatkan makan karena tidak mampu membeli beras. Kalaupun bisa membeli beras, ia tidak mampu membeli lauk seperti ikan. Sering kali, makanan sehari-harinya hanya nasi dengan garam atau kerupuk yang harus dibagi dengan anaknya yang mengalami gangguan jiwa.
Mak Emun sering merasa lelah harus terus membuat sapu lidi seperti ini. Tapi demi anaknya, Mak ingin ia berobat dan sembuh. Mak Emun khawatir meninggalkan anaknya sebelum ia sembuh.
TemanKebaikan, yuk kita bantu biaya pengobatan anak Mak Emun, dan perjuangkan kehidupan Mak Emun di usia senjanya byang lebih layak bersama anaknya!
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Hampir 100 Tahun Tetap Berjuang Demi Anak yang Sakit
terkumpul dari target Rp 70.000.000