Modal Usaha untuk Para Lansia Berdaya
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Usia Abah kini 66 tahun, selama itu juga tumor sudah bersarang di wajahnya. Abah Ending, tubuhnya kian hari kian renta, namun semangatnya berjuang mencari nafkah sebagai tukang becak keliling begitu gigih.
Tidak lain, semua perjuangannya itu demi ke-5 cucunya yang diterlantarkan oleh ayah mereka sendiri tanpa tanggung jawab sedikitpun. Apalagi cucu Abah yang paling kecil umurnya masih menginjak 2 tahun.
“Anak Abah yang perempuan ditinggalin sama suaminya udah lama Den, padahal anaknya ada 5 masih pada kecil. Abah suka sakit hati sendiri kalau lihat putri kesayangan Abah kecapean saking kerasnya kerja, makannya Abah ingin bantu walaupun dikit-dikit..” Lirih kasih seorang Ayah
Narik becak dengan harga seikhlasnya meskipun jaraknya jauh, Lirihnya..
“Kalau di patok harganya takut engga ada yang mau naik becah Abah. Berapapun yang di kasih Abah mah ikhlas Den, yang penting ada uang yang bisa di bawa pulang buat jajan cucu Abah, syukur-syukur bisa buat nambahin kebutuhan sehari-hari Ibunya dirumah..”
Gak jarang juga Abah gratiskan penumpang yang tak miliki uang sepeser pun juga lansia lainnya yang kondisinya mengkhawatirkan.
“Kadang suka nemu aja di jalan jompo yang udah gak kuat lagi jalan mau pulang Den, suka disamperin sama Abah teh disuruh naik becak Abah aja, terus dianterin sampe rumahnya..” Ungkapnya..
Sering pula kami lihat sembari menunggu penumpang Abah sedang membaca ayat demi ayat dari Al-Qur’an yang di bawanya setiap hari di dalam ruang kecil becaknya itu.
Hari-harinya begitu dipenuhi dengan rasa ikhlas juga rasa syukur. Padahal jika kita lihat sendiri, cobaan berat begitu keras menimpanya, belum lagi semua keluh kesah Abah hanya bisa Abah pendam sendiri, karena istri tercintanya sudah tiada beberapa tahun yang lalu.
Ungkapnya kadang banyak yang naik becak Abah, kadang hanya 1 atau 2 orang, bahkan kadang juga tak ada sama sekali. Belum lagi becak yang Abah pakai bukan punya sendiri, tapi menyewa dengan harga Rp 5.000/Hari, jika tak ada penumpang di hari itu, terpaksa Abah mengambil uang yang seharusnya dikumpulkannya untuk memenuhi kebutuhan kelima cucunya.
Setiap hari Abah hanya memberikan jatah makan untuk dirinya sendiri sebesar Rp 3000 saja, agar sisa uangnya bisa untuk makan ataupun jajan cucu-cucunya. Dengan uang segitu, Abah hanya makan lalapan dengan sambal atau nasi dengan garam saja.
Sedihnya, karena tumor Abah terus bertumbuh besar, sampai kini hanya satu mata saja yang bisa berfungsi. Abah sering tiba-tiba kesakitan, bahkan pernah menetes darah dari mata Abah waktu lagi gowes becak.
Kondisi tumornya sudah termasuk parah, tapi selama 66 tahun Abah hanya bisa berobat sebanyak 3x karena jarak rumah sakitnya terlalu jauh sehingga ongkos yang dikeluarkannya pun begitu besar. Ditambah kini ada tanggungan cucu yang harus Abah bantu bahagiakan.
Sahabat, mungkin saat ini kita bisa duduk tenang dirumah sembari menikmati makanan yang lezat juga tanpa rasa sakit yang di derita. Tapi, disisi lain ada Abah Ending yang merasakan beratnya mengayuh becak di jalanan sembari menahan rasa sakit tumor yang beliau derita. Maukah kamu menjadi salah satu alasan Abah Ending dan lansia serupa lainnya bisa tersenyum hari ini?
Nantinya, donasi yang terkumpul akan di gunakan untuk memenuhi kebutuhan Abah Ending, juga mendukung pejuang berdaya berupa modal usaha untuk para lansia lainnya.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Modal Usaha untuk Para Lansia Berdaya
terkumpul dari target Rp 60.000.000