Lansia Pemulung Berjuang Sendiri Demi Anak Sakit Parah
terkumpul dari target Rp 70.000.000
Di usia yang hampir menginjak 60 tahun ini, Ibu Nurjanah harus memikul berat beban menjadi seorang ibu dan ayah bagi tiga ananya. Setiap hari, dari pagi hingga siang, Ia mengais barang bekas dan hanya mendapatkan 5000 rupiah.
Ini adalah Ibu Nur Janah, berusia 54 tahun, seorang ibu yang luar biasa kuat dalam menjalani hidupnya. Meskipun usianya semakin tua dengan kulit yang mulai keriput dan tenaga yang tak sekuat dulu, semangatnya untuk terus berjuang demi anak-anaknya tidak pernah surut.
Anak pertama dan kedua Ibu Nur Janah masih duduk di bangku sekolah, sementara anak bungsunya menderita hidrosefalus, kondisi medis dimana terjadi penumpukan cairan di otak yang menyebabkan kepalanya terus membesar.
Setiap hari anaknya, Indah, bungsu yang mengidap penyakit parah ini menangis sangat kencang. Bukan tangisan ingin jajan, tetapi jeritan menahan sakit. Ia tidak bisa buang air besar, buang air kecil, hanya bisa duduk tidak bisa berdiri.
Seharusnya Indah rutin berobat agar sakit yang dirasa bisa mereda dan segera sembuh. Ibu juga sangat sedih jika melihat anak-anak seusianya bermain, bersekolah, sedangkan Indah tidak bisa apa-apa. Bukan sengaja tidak dibawa berobat, namun semenjak suami meninggal, Ibu kini berjuang sendirian.
Sejak subuh hingga siang hari, Ibu Nur Janah berjuang mengumpulkan barang-barang bekas meski langkahnya sudah tak lagi kokoh.
Saat ini, mereka tinggal di sebuah kontrakan sederhana di Jakarta dengan biaya sewa 600 ribu per bulan. Namun, keterbatasan ekonomi membuat Ibu Nur Janah menunggak pembayaran selama enam bulan.
"Saya takut kalau kami diusir. Anak-anak saya mau tinggal di mana kalau itu terjadi?" ucapnya dengan cemas.
Setiap hari, Ibu Nur Janah mencari barang bekas dari subuh hingga siang, tetapi pendapatannya hanya 5000 rupiah. Warung kopi kecil yang ia jalankan di rumah kontrakannya juga sepi pembeli. Jangankan untuk membeli makanan bergizi, bahkan untuk membeli 1 kilogram beras pun hasilnya tidak mencukupi.
"Untuk ongkos sekolah anak-anak saja sering tidak ada. Mereka sering diberi uang oleh tetangga yang kasihan melihat keadaan kami. Pernah sekali kami benar-benar kehabisan makanan. Beruntung ada tetangga yang memberi beras, sehingga anak-anak saya bisa makan, meskipun hanya nasi putih tanpa lauk," tuturnya.
#TemanKebaikan saat ini Ibu hanya berharap Indah bisa melakukan pengobatan dan operasi agar tidak merasakan sakit lagi dan tumbuh sehat seperti anak lainnya yang kini bisa bermain dan bersekolah. Ibu juga hanya ingin ketiga anaknya bisa hidup tanpa memikirkan soal makan dan tempat tinggal. Yuk kita bantu ringankan beban ibu yang hebat ini!
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Lansia Pemulung Berjuang Sendiri Demi Anak Sakit Parah
terkumpul dari target Rp 70.000.000