Perjuangan Adik Kakak Demi Terus Sekolah ditengah Keterbatasan
terkumpul dari target Rp 200.000.000
Pernah denger kalimat ini ngga?
“Kita memang tak bisa memilih akan lahir dengan kondisi seperti apa, tak bisa juga memilih akan lahir di keluarga yang seperti apa. Tapi kita bisa memilih tujuan hidup seperti apa yang kita inginkan. Isi hidup seperti apa yang kita usahakan..”
Bagi kami kalimat itu menempel keras di benak Hendri juga Rendi, bocah cilik yang kami temukan tadi di pinggir jalanan besar. Hendri (14) adalah kakak tertua yang memiliki 3 adik kecil, Hendri bilang 3 adiknya sama seperti Hendri miliki kelainan pada kakinya.
Ungkapnya,
“Kata Mama kaki Hendri sama Rendi ngebentuk huruf X..
..Kalau adik Hendri yang perempuan ngebentuk huruf O..
..Satu lagi adik yang paling kecil kakinya ngga bisa lurus, Kak..”
Saat itu kami bertanya-tanya, “Kenapa Hendri bilang kata mamanya terkait bentuk huruf X juga O?”
Setelah kami tahu, ternyata Hendri juga miliki keterbatasan lain, Ia seorang tunanetra. Kayu yang selalu Ia bawa itu bukan hanya sekedar kayu, tapi tongkat yang bisa menjadi penujuk arahnya.
Lahir dalam kondisi yang miliki keterbatasan juga dari orang tua yang hanya bekerja sebagai tukang rongsok tak menyudutkan semangat mereka sedikitpun untuk menjadi anak yang sukses kelak. Bahkan Hendri juga Rendi memperjuangkan kebutuhan sekolahnya sendiri,
“Kasian Mama sama Bapak usahain buat kita bisa makan setiap hari aja susah ka, apalagi ditambah usahain buat sekolah kita lebih kasian lagi. Jadi Hendri di bantu Rendi harus berjuang usahain kesuksesan buat kita dan adik-adik dirumah , sebisa mungkin kita gak boleh putus sekolah..” Ungkap tegar seorang kakak pertama, Hendri.
Hendri dan Rendi mengikuti jejak orang tuanya sebagai pencari rongsok. Karena Hendri tak bisa melihat, Rendi yang mengambil puing-puing botol yang ada di jalanan, sedangkan Hendri yang memanggul botol tersebut di atas pundaknya.
Mencari botol bekas tidaklah mudah, mereka harus menempuh beberapa kilometer terlebih dahulu untuk mendampatkan sebanyak mungkin botol bekas. Hendri bilang, biasanya botol yang Ia dapat hanya sekitar 5 kg saja, sedangkan 5 kg botol bekas yang kami tahu hanya dihargakan 10 ribu rupiah. Perjuangannya begitu keras, tapi hasil yang mereka dapatkan benar-benar tak sebanding.
Kemudian kami tanya,
“Kalau mau beli seragam berarti harus nunggu 2 mingguan dulu yaa baru bisa?”
Hendri jawab,
“Iya kak, kadang kalau ga sanggup beli Hendri dikasih seragam bekas sama tetangga deket rumah..”
Saat itu kami hanya bisa terdiam menahan sesak tangis, tertampar oleh bocah cilik yang hatinya justru lebih luas dan lapang daripada kami, malu rasanya sering mengeluh…
#TemanKebaikan bantu ringangkan beban berat yang ada di pundak mereka yuk!
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Perjuangan Adik Kakak Demi Terus Sekolah ditengah Keterbatasan
terkumpul dari target Rp 200.000.000