Tanpa Ayah Kakak Beradik Jual Sapu Tuk Sekolah
terkumpul dari target Rp 70.000.000
“Ibu di rumah jaga kakak, gak bisa ditinggal.. Mau bantu Ibu, takut Ibu sakit kalo cape.. Hilman udah gak punya Ayah, gak mau kehilangan Ibu,” Ujar anak 9 tahun yang kutemui tadi.
Ibunya bahkan tak pernah menyuruh mereka untuk berjualan sapu lidi keliling, ujar Ibu..
“Anak yang paling kecil, Hilman pernah bilang, ‘Dede aja sama teteh yang jualan besok, Mah’ karena lihat ibunya sibuk mungkin ngurus kakaknya Herman yang alami berkebutuhan khusus,”
Herman (20 tahun) kakaknya yang paling besar merupakan anak berkebutuhan khusus yang sampai sekarang masih kesulitan berbicara dan berinteraksi dengan orang lain. Bahkan segala sesuatunya masih harus didampingi oleh Ibu, mulai dari makan, mandi, dan lain sebagainya.
Cerita Ibu, Irma juga sebetulnya anak berkebutuhan khusus, namun tidak separah kakaknya Herman.
“Kalau Irma dikasih tahu masih bisa nurut, masih bisa interaksi, ngerti, dan suka bantu jualan adiknya, Hilman.” -Ujar Ibu.
Hanya Hilman yang bisa bersekolah karena Herman dan Irma harus mengemban pendidikannya di sekolah luar biasa.
“Di daerah ini ada, cuman jaraknya jauh, butuh ongkos yang besar Kang, mau gak mau Herman dan Irma gak sekolah. Sedih, tapi gak ada pilihan lain, untuk makan aja kita kesusahan,” -Tangis Ibu.
Berat mata memandang, Berat lagi bahu yang dipikul. Begitu kata-kata yang menggambarkan Hilman (9 tahun) dan Irma (12 tahun) dua bocah yatim yang kehidupan dan semangatnya membuat kagum sekaligus pilu.
Hilman dan Irma seolah miliki inisiatif besar untuk meringankan beban ibunya selama ini. Meskipun masih sangat kecil, mereka berdua penuh tanggung jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Setiap pulang sekolah, tak sempat makan juga minum, Hilman dan kakaknya bergegas pergi sembari memikul tumpukan sapu di pundaknya. Satu sapu harganya 5 ribu, jarang ada yang mau membeli. Dapatkan 3-5 pembeli sudah sangat di syukuri oleh 2 kakak beradik ini.
“Jualan buat beli beras sama sekolah, suka dapet 1 liter, buat makan Ibu, Aa, Teteh, sama Dede,” Ujar Hilman.
Untuk menambah penghasilan, Ibu kadang menjadi buruh tani, mencari pakan ternak, atau apapun asal tidak jauh dari rumah karena harus menjaga Herman.
“Lumayan Kang, saya teh pengen beliin sepatu dan kaos kaki Hilman, kasian udah pada bolong, cuman punya satu..”
#TemanKebaikan, perjalanan Hilman dan kakaknya masih sangat panjang. Ketidakpastian akan masa depan mereka membuat dia harus berjuang keras di usianya yang masih sangat muda.
Kita bantu Hilman, kedua kakak, dan Ibunya yuk! Dukungan kita akan memungkinkan mereka untuk terus bersekolah tanpa perlu khawatir tentang apapun, serta memberikan modal usaha agar mereka tidak perlu lagi berkeliling menjual sapu.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Tanpa Ayah Kakak Beradik Jual Sapu Tuk Sekolah
terkumpul dari target Rp 70.000.000