
Tolong! Anak Guru Honorer Lawan 3 Penyakit Langka
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Ya Allah dek, kuat banget kamu ðŸ˜
Kalau bukan karena lihat sendiri, mungkin orang nggak akan percaya gimana beratnya perjuangan Aufan selama 8 tahun hidupnya.
Bayangin, di usia segitu, Aufan harus berjuang lawan tiga penyakit langka sekaligus — Hidrosefalus (kelebihan cairan di kepala), Crouzon Syndrome (kelainan bentuk tulang kepala dan wajah), dan Spina Bifida (kelainan tulang belakang yang bikin punggungnya berlubang).
“Sedih, sampe sekarang Aufan bahkan masih harus pake popok karena dia nggak bisa mengontrol dan merasakan BAB maupun BAK,”
Waktu lahir, Aufan nggak bisa langsung dipeluk ibunya. Tiga hari tiga malam setelah operasi caesar, baru Bu Dian boleh lihat bayinya untuk pertama kali. Tapi yang dilihat bukan bayi sehat seperti yang diimpikan.
Kepala Aufan besar tak wajar, matanya menatap ke atas dan sedikit menonjol keluar, dan di bagian atas bokongnya ada lubang akibat tulang belakang yang terbuka.
“Ibu langsung nangis waktu lihat Aufan pertama kali,” cerita Bu Dian dengan mata berkaca-kaca. “Saya cuma bisa bilang, ‘Ya Allah, kenapa anak saya harus lahir sesakit ini?’”
Padahal seharusnya sejak lahir Aufan dirawat di rumah sakit besar dengan pengawasan ketat. Tapi apa daya… karena nggak punya biaya, keluarga harus pulang paksa dari rumah sakit saat itu.
Ayahnya, Pak Baehaki, cuma buruh serabutan. Kadang ada kerja, kadang nggak sama sekali. Sedangkan ibunya cuma guru honorer di sekolah pelosok, dengan gaji yang bahkan belum tentu cukup buat makan sehari-hari.
Tapi.. Saat kondisi Aufan makin parah, Bu Dian akhirnya nekat bawa anaknya ke RSCM dengan uang seadanya.
“Saat pertama periksa, dokter cuma bilang… ‘Bu, seharusnya anak ini dirawat sejak lahir…’”
Bu Dian cuma bisa nangis, karena memang dulu mereka nggak punya pilihan selain pasrah.
Sejak itu, perjuangan panjang dimulai. Aufan menjalani dua kali operasi besar, pertama pasang selang untuk cairan di kepalanya, lalu pemindahan batok kepala di usia 3 tahun. Tapi sampai sekarang, perjuangan itu belum selesai. Aufan masih sering sesak napas, sakit mata, dan sakit kepala. Berat badannya cuma 16 kg, padahal usianya sudah 8 tahun.
Kalau kontrol, mereka harus naik ojek lewat hutan sejauh beberapa kilometer, karena nggak ada angkot. Sekali jalan butuh uang sekitar Rp200 ribu. Kadang Bu Dian harus sampai pinjam dulu ke tetangga.
“Pernah juga saya tidur di pos satpam rumah sakit, karena nggak punya uang buat sewa kos semalam kak..” Kata Ibu.
Dan seolah semua belum cukup, Aufan juga sering jadi sasaran ejekan. “Anak guru kok cacat,” begitu kata teman-temannya. Bahkan ada yang meludah sambil bilang, “amit-amit.” Kak… bisa bayangin nggak gimana rasanya seorang ibu lihat anaknya dihina cuma karena dia ‘berbeda’? 💔
Tapi meski dunia seolah kejam, Bu Dian nggak pernah menyerah.
Waktu dokter bilang Aufan nggak akan bisa jalan atau bicara, beliau menolak percaya. Setiap hari, Bu Dian sendiri yang jadi terapis untuk anaknya. Diajari berdiri, diajak bicara, meski dengan air mata dan doa yang nggak pernah putus. Dan mukjizat itu datang — di usia 4 tahun, Aufan bisa bicara, berdiri, bahkan berjalan sendiri! 🥺
Sekarang, yang paling Bu Dian takutkan cuma satu:
“Kalau nanti saya udah nggak ada… siapa yang bakal jagain Aufan? Siapa yang bakal sayangin dia kayak saya?”
Kak, tolong… bantu Bu Dian terus berjuang untuk Aufan. Dalam hidupnya, Bu Dian cuma ingin anaknya bisa terus berobat, bisa terus hidup, bisa terus tersenyum tanpa rasa sakit.
Sekecil apa pun bantuan kakak, bisa jadi nafas baru buat Aufan. Biar dia tetap bisa sekolah, main, dan tumbuh seperti anak lainnya.
Halo #TemanKebaikan !
Lihat dan rasakan kebaikan dari kamu yang #BeneranBerdampak untuk semua di link berikut ini ya:)
https://sajiwafoundation.org/publications/sajiwa-news
Mengapa Sajiwa Foundation?
1. Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
2. Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
3. Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
4. Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
5. Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
https://sajiwafoundation.org/
Jl. Atlas Raya No.21, Babakan Surabaya, Kec. Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat 40281
02220504715
Hubungi kami jika kamu ingin berkolaborasi lebih lanjut ke nomor resmi ini ya :)
085174166464

Tolong! Anak Guru Honorer Lawan 3 Penyakit Langka
terkumpul dari target Rp 100.000.000