Kisah Anak 6 Tahun Jadi Kepala Keluarga...
terkumpul dari target Rp 60.000.000
Pernah denger anak usia 6 tahun udah jadi ‘kepala keluarga’ belum?
Kalau belum, anak ini-lah yang kami maksud kecil-kecil sudah menjadi kepala keluarga. Disaat banyak orang seusianya di pagi hari sedang di suapi makanan atau disajikan minuman susu oleh Ibunya, namun berbeda dengan Amut, lepas sholat subuh sampai jam 9 pagi, 15 menit sebelum masuk sekolah, Amut sudah disibukan dengan hiruk pikuk pelelangan ikan pinggir pantai.
Setiap hari, Amut terlibat dalam pekerjaan yang berat, mendorong kotak atau gentong yang berisi hasil tangkapan ikan nelayan. Tubuhnya yang kecil itu benar-benar tak sebanding dengan ukuran kotak besar yang beratnya mencapai 10-20 kg. Tak jarang saat sedang mendorong kotaknya Amut seringkali terjatuh atau bahkan terpeleset, tapi Ia tetap pantang menyerah. Semua itu, karena Amut miliki harapan yang besar dari sana.
“Amut kalau udah beres dorong kotak dan mau pulang biasanya suka dikasih uang 10 ribu kak, kalau dorongnya lebih dari 3 Amut suka dikasih 20 ribu..”
Bekerja banting tulang mati-matian ini, Amut lakukan tanpa paksaan dari siapapun, Ia bekerja atas keinginan sendiri karena tak tega melihat ibunya menjadi tulang punggung yang sudah bekerja 12 jam penuh menjadi buruh pabrik.
Setelah perbincangan panjang lebar, saat kami menanyakan tentang Ayahnya, seketika amut menangis. Kami benar-benar kaget dan merasa sangat bersalah terlebih tak tahu menahu apa penyebabnya. Namun kemudian ibunya menjelaskan kepada kami, kalau Ayahnya sudah lama meninggal sejak Amut masih berusia 4 bulan, ungkapnya ‘Ditembak’ karena terlibat suatu konflik.
Ungkap Amut sembari menangis dan memeluk ibunya, “Amut ingin lihat dan ketemu Ayah, Mah..”
Rindu Amut kepada Ayahnya benar-benar kami rasakan saat itu dan tanpa sadar kami pun ikut berkaca-kaca saat mendengar kata ‘ingin bertemu’ yang dilontarkan dari anak kecil berusia 6 tahun itu.
TemanKebaikan maukah kamu bantu Amut? Sedikit bantuan dari kita, setidaknya bisa bantu Amut untuk terus fokus sekolah tanpa harus terbebani kebutuhan keluarganya.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Kisah Anak 6 Tahun Jadi Kepala Keluarga...
terkumpul dari target Rp 60.000.000