80 Tahun Jual Kangkung 1.000an Demi Terus Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 150.000.000
Siapa yang tak tersentuh melihat seorang kakek (80 tahun) berjualan keliling dengan tubuhnya yang kurus membawa beban berat, berjalan tanpa alas kaki, ditambah langkah kakinya yang terseok-terseok karena menahan sakit, lambaaatt sekali.
Bagi Abah, lebih baik tahan sakit berjalan jauh tanpa alas kaki dibandingkan tahan sakit melihat istrinya tak bisa minum obat dan mengeluh kesakitan karena darah tinggi parah yang dideritanya, bahkan sampai salah satu matanya tak bisa melihat lagi karena glaukoma. Sampai saat ini, itulah yang dilakukan Abah Uri di usia senjanya, terus memaksa tubuh rentanya untuk terus bekerja demi beliau dan istrinya bisa tetap bertahan hidup.
“Abah mah orang gak punya den, makannya harus tetep kerja cari uang buat makan. Yang penting halal,” pilu Abah Uri.
Dengan membawa 20 ikat kangkung di gendongan pundaknya, Abah Uri menjual kangkung sembari berteriak dengan suara gemetarnya, "Kangkung... Kangkung... 1000 1 ikat..." Setiap kali ia berteriak, kesedihan tergambar jelas di wajahnya. Bagi kami, harga 1 ikat kangkung tidaklah sebanding dengan perjuangan keras yang dilakukannya.
Entah berapa rupiah untung yang bisa diambil. Tak banyak kangkung yang bisa terjual tiap harinya. Banyak orang justru tak percaya dan memilih tak mau membeli kangkung dari Abah Uri.
Saat kami tanya, “Gak pake alas kaki gini emangnya ga sakit bah?”
Lirih Abah dengan logat sundanya,
“Udah gak aneh den, kadang ga sadar sampe rumah teh berdarah da mungkin kena aspal, pernah juga kena pecahan kaca, ketusuk paku mah, duri mah..”
Dibalik perjuangan pilu Abah menjual kangkung keliling, juga ada perjuangan lain yang mengiringi prosesnya. Sebelum dijual, Abah sendiri yang mengambil kangkung ini dari sawah. Ceritanya, seringkali punggungnya terasa sakit karena terus membungkuk saat mengambilnya, juga pernah terjatuh sampai sekujur badannya penuh lumpur dan basah.
“Pas jatuh Abah langsung pulang kerumah, gak bisa jualan karena badannya sakit semua. Sakitnya juga lama den, sampe 1 minggu, ga ada pemasukan sama sekali sampe Abah terpaksa jual TV buat bisa makan..” Pilunya. Tak hanya TV saja, kipas, dan barang lainnya pun dijual terpaksa oleh Abah karena benar-benar tak ada uang untuk sekedar makan sesuap nasi saja.
Hanya makan nasi garam, atau kalau beruntung ada yang memberinya gorengan atau ikan asin, itulah menu yang didambakan istri dan Abah Uri setiap hari. Bukan makanan mewah ataupun enak. Yang penting perut mereka bisa terisi dan tak harus kelaparan
#TemanKebaikan, bantu ringankan beban Abah Uri bareng aku, dengan larisin dagangannya yuk! Sedikit uluran tangan dari kita, berarti besar bagi Abah dan istrinya.
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
80 Tahun Jual Kangkung 1.000an Demi Terus Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 150.000.000