Penjual Mainan Tukar Dagangannya Dengan Sebungkus Nasi
terkumpul dari target Rp 70.000.000
Abah sakit ambeien, tapi cuma diikat pakai kain. Bahkan pernah berdarah sampai 3 baskom. Semuanya karena Abah gak mampu berobat, untuk makan pun berjuang mati-matian.
"Abah bingung, Jang... Harus bagaimana lagi supaya dagangan abah laku. Sudah coba jualan di tempat yang ramai, tapi tetap saja tidak ada yang membeli. Kadang mah anak-anak kaya yang takut kalo liat tangan Abah yang aneh.." keluh Abah Izab.
Saat ini segala sesuatu sudah serba digital, zaman sudah berkembang, anak-anak cenderung beralih dari mainan tradisional yang dulu pernah menjadi favorit mereka menjadi permainan digital atau mainan modern lainnya yang gencar dipromosikan lewat social media.
Abah pun menyadari hal ini membuat sudah jarang anak-anak yang mau membeli dagangannya. Padahal Abah sengaja menjualnya dengan harga murah, tapi tetap saja sulit untuk laku.
Sudah mencoba menjual di tempat-tempat yang ramai, banyak anak kecil, tapi tetap jarang yang minat terhadap mainan Abah. Penghasilan Abah pun menjadi sangat kecil atau bahkan tak jarang dalam sehari Abah tidak mendapat uang sama sekali.
Jika sudah seperti ini, Abah hanya mampu mencoba untuk membeli makan dengan menawarkan barter dagangannya. Namun sudah pasti tidak banyak penjual yang menerima tawaran Abah karena perbedaan harga yang sangat jauh.
Abah Izab kini hidup bersama istrinya dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Sejak lahir, Abah mengalami kelainan pada kedua tangannya yang tidak bisa diluruskan, dengan ukuran jari-jari yang berbeda. Dokter menyarankan agar Abah segera menjalani operasi, tetapi ia belum memiliki BPJS karena tidak mampu membayarnya. Akibatnya, hingga saat ini operasi yang dibutuhkan Abah masih belum terlaksana.
Selain kondisi tangannya, Abah Izab juga menderita ambeien yang sudah sangat parah. Untuk menahan kondisinya, Abah hanya bisa menggunakan tali dari kain bekas sebagai penahan. Namun, pernah terjadi insiden di mana kain tersebut terlepas, menyebabkan pendarahan hebat yang sangat mengkhawatirkan hingga darah yang keluar memenuhi tiga baskom. Abah juga pernah pingsan saat sedang berjualan.
Istri Abah Izab menderita darah tinggi yang sering kambuh. Setiap kali kambuh, ia hanya bisa dirawat di puskesmas atau dengan obat dari warung. Abah merasa bersalah karena tidak bisa memberikan pengobatan yang lebih baik dan harus melihat istrinya kesakitan.
Keduanya tinggal di rumah yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan, dengan atap yang banyak rusak dan nyaris ambruk. Rumah tersebut juga jarang teraliri listrik karena Abah tidak mampu membayar tagihan bulanan sebesar 25 ribu rupiah.
#TemanKebaikan walaupun Abahh menghadapi cobaan hidup yang begitu berat, Abah tetap tidak menyerah dan enggan untuk mengemis. Semua usaha yang ia lakukan didorong oleh harapan untuk dapat menikmati hidup di masa tuanya dengan kesehatan yang baik.
Yuk kita bergotong royong wujudkan impian sederhana Abah dan Istrinya!
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Penjual Mainan Tukar Dagangannya Dengan Sebungkus Nasi
terkumpul dari target Rp 70.000.000