9 Tahun Idap Hidrosefalus! Riski Ingin Sembuh!
terkumpul dari target Rp 60.000.000
“Anak-anak suka bilang riski ‘si kepala besar’, riskinya mah cuman bisa senyum gak pernah bales, saya yang suka ngerasa sakitnya Kang, mereka gak tau se tegar apa anak ini nahan sakit kepalanya,” Ujar Nenek.
Sejak lahir, Riski memang sudah menderita penyakit Hidrosefalus yang membuat ukuran kepalanya 3x lebih besar dari anak seusianya. Miris sekali, tak pernah 1 jam pun Riski tanpa rasa sakit di kepalanya.
Masih ingat dalam memori Kakek-Nenek, saat Riski menangis, kejang, demam, Kakek-Nenek ketar-ketir mencari informasi Ayahnya yang pergi merantau. Anak dengan kepala penuh cairan itu seolah jadi yatim piatu setelah sang Ibu meninggal kalah dengan penyakitnya dahulu.
Ujar Nenek,
“Saya suka sedih tiap liat Riski kejang, gak bisa lakuin apa-apa selain kompres pakai air hangat,” Ucap Nenek.
Bukan tidak mau, Kakek-Nenek membawa Riski ke rumah sakit. Nenek hanya buruh tani, Kakek hanya tukang es krim keliling. Bahkan seringkali, mereka melawan sakit tubuh renta mereka demi cucu terkasihnya itu.
“Penghasilan Kakek sama Nenek cuma cukup untuk kebutuhan sehari-hari Kang, ditambah kalau Riski sakit demam-kejang kambuh, salah satu diantara kita harus tetep dirumah buat jaga. Gak bisa kerja karena khawatir kenapa-napa,” Ucap Kakek.
Dampak Hidrosefalus yang diderita Riski bukan hanya sakit kepala-demam-kejang. Sedihnya, sampai saat ini ia pun tak bisa berjalan jauh dan menulis.
“Kalau jalan jauh suka langsung demam Kang. Gak bisa nulis bukan karena males, Riski suka bilang kalau nunduk kepalanya sakit dan tangannya tremor,” Ucap Nenek.
Walau begitu, Riski tak pernah kehilangan semangat untuk bersekolah. Ia tetap memaksa pergi meski sembari menahan sakit. Bukan lain semangatnya itu datang dari Kakek-Neneknya.
“Aku suka di gendong ke sekolah sama kakek, nenek suka bantu belajar Kak,” Ucap manis Riski.
9 Tahun Idap Hidrosefalus! Riski Ingin Sembuh!
terkumpul dari target Rp 60.000.000