Hadirkan Kebahagiaan untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
terkumpul dari target Rp 124.800.000
Dukung Perjuangan Guru Honorer di Pelosok Bojonegoro
Krisis pandemi saat ini belum menemui titik terang, kondisi kian menyiksa bagi guru honorer.
Sebelum pandemi saja, guru honorer sudah tertatih-tatih bertahan dengan gaji yang tak seberapa. Banyak dari mereka datang dari keluarga yang juga tak mampu dan menjadi tulang punggung keluarga.
Ketika pandemi saat ini, mereka semakin terdesak dengan pemangkasan gaji dan tuntutan biaya tambahan untuk mengajar online seperti handphone yang layak dan kuota internet yang harganya tidaklah murah.
Beliau adalah Pak Afif Sulaiman, seorang guru honorer di salah satu SMP Swasta di Bojonegoro. Beliau mengayuh sepeda tua peninggalan kakeknya menuju sekolah sejauh 17 km dari rumahnya.
Beliau adalah tulang punggung keluarga. Sang ayah sudah sangat tua, ibunya tidak bekerja dan Pak Afif memiliki 4 orang adik yang semuanya masih kecil.
Gaji Pak Afif hanya 250 ribu rupiah. Namun karena pandemi, gajinya dipotong 50%.
Karena hal itu Pak Afif berusaha menyambung hidup dengan kerja sampingan di tempat ukiran kayu. Gajinya tak pasti, menyesuaikan dengan ada tidaknya pesanan. Rata-rata gaji di tempat ukir kayu hanya sebesar 15 ribu perharinya. Angka yang masih jauh dari standar minimum hidup yang ada di Bojonegoro
Meski dalam keterbatasan seperti itu, Pak Afif masih menyisihkan gajinya untuk kuota internet para murid yang kesulitan belajar di masa pandemi.
"Guru itu setiap sikapnya menjadi contoh, setiap ilmunya menjadi pelita, jadi saya berusaha yang terbaik", ucap Pak Afif.
Kisah lain, Pak Abdul Basith pun demikian. Bekerja sebagai guru honorer di SMA Swasta di pelosok Bojonegoro dengan penghasilan 200 ribu rupiah per bulannya. Setiap hari ia mengayuh sepeda tua ke sekolah dengan jarak sekitar 13 km dari rumahnya.
Beliau adalah tulang punggung keluarga. Sang ayah seorang pencari kayu bakar. Sementara Ibu menderita stroke. Dan adik Pak Abdul masih SMP.
Selain menjadi guru honorer, Pak Abdul juga mahir membuat kaligrafi. Sebelum pandemi, sering mendapat pesanan, namun sekarang belum ada pesanan satupun.
Ayah dari Pak Abdul saat ini sering sakit-sakitan, ketika kambuh kakinya sampai bengkak dan kesulitan berjalan.
"Ingin sekali rasanya membawa Bapak berobat, namun untuk makan sehari-hari saat ini saja susah"
Saat ini hanya Ilmu yang menjadi motivasinya untuk bertahan.
"beramal kan tidak harus dengan harta, saya punya ilmu, yasudah saya beramal dengan ilmu, saya ikhlas dan hanya berharap rezeki kepada Allah" tambah Pak Abdul.
***
Sahabat, Pak Afif Sulaiman dan Pak Abdul Basith hanya dua dari ratusan guru honorer yang masih berjuang di tengah pandemi.
Di Ramadhan kali ini, mari turut bahagiakan mereka para pahlawan tanpa tanda jasa. Berikan paket kebahagiaan yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi mereka.
Klik "DONASI SEKARANG" dan berikan donasi terbaikmu.
***
Disclaimer:
- Dana hasil donasi akan digunakan untuk membantu kebutuhan Pak Afif dan Pak Abdul
- Dana juga akan digunakan untuk bantuan kepada para guru honorer lainnya terutama di pelosok Bojonegoro
- Paket Kebahagiaan dapat berupa sembako, uang tunai dan menyesuaikan dengan kebutuhan para penerima manfaat.
Hadirkan Kebahagiaan untuk Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
terkumpul dari target Rp 124.800.000