Perjuangan Gadis Kecil Yatim Piatu Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Adila (8) tampak terkulai di pangkuan neneknya.
“ Mak... Lapar... Hoyong emam (Nek... Lapar... Ingin makan)”. keluhnya lirih.
Sang nenek tampak berusaha menghibur cucu kesayangan yang sudah 3 tahun ini Ia rawat. “ Sabar nya bageur, ke uih urang emam di bumi (Sabar ya anak baik, nanti pulang makan di rumah) ”. Ucap Nenek Juangsih berusaha menenangkan.
Mereka tampak duduk di samping jalan raya menjajakan kicimpring yang mereka buat sendiri. Tentu saja mereka juga sekaligus melepas lelah setelah berjalan berkilo-kilo meter demi menyambung hidup.
Adila tak lagi mempunyai orang tua. Ayah, Ibu dan kedua kakaknya berpulang menghadap sang pencipta satu persatu akibat sakit TBC yang mereka derita hampir bersamaan. Sedang selama keluarganya sakit Adila tinggal dan dirawat oleh sang Nenek, Nenek Juangsih (71) yang juga sebatangkara sepeninggal mendiang sang Suami.
"Kini hanya saya satu-satunya keluarga Dila, sedang kondisi penglihatan saya semakin hari semakin buram dan kesehatan saya semakin hari semakin menurun"Nenek Juangsih Menyampaikan kepada kami sambil berusaha menahan tangisnya.
Bersama sang Nenek kini Dila menghabiskan hari- harinya di tengah kondisi Ekonomi yang serba terbatas.
Setiap hari sepulang sekolah Adila selalu membantu sang Nenek untuk mencari singkong di kebun milik para tetangga setelah meminta izin kepada mereka. Mereka selalu berusaha membayar singkong tersebut, namun warga yang mengetahui kondisi mereka seringnya memberikan secara cuma-cuma tanpa meminta bayaran.
"Kalau bantu lebih saya gak bisa, ya paling cuman singkong itu yang bisa saya berikan. Kasihan Dila se kecil itu harus kehilangan semua keluarganya dan sekarang Neneknyapun sudah sakit-sakitan dan cuman jualan kicimpringlah satu-satunya sumber penghasilan mereka" Ungkap salah seorang Tetangga yang sering membantu Dila dan sang Nenek.
Gadis Kecil itu cukup cekatan ketika membantu sang Nenek untuk mengolah singkong yang mereka dapat hingga menjadi kicimpring. Ia pun Menjadi penunjuk jalan bagi sang n Nenek ketika menjajakan kicimpring buatanya.
Tak banyak Rupiah yang dihasilkan setelah seharian menjajakan Kicimpring menyusuri perkampungan hanya berkisar Rp. 20.000 sampai Rp. 30.000 itupun jika cuaca mendukung, namun jika musim penghujan paling 2 sampai 3 kali Dila dan sang Nenek bisa berjualan dalam seminggu.
Tak kurang dari 9 Km perjalanan yang harus Dila tempuh bersama sang Nenek setiap kali mereka berkeliling menjajakan dagangannya, tak jarang pula Dila harus menahan lapar di tengah perjalanannya. Jika sudah begitu Nenek Juangsih hanya bisa berusaha menghibur dan menenangkanya.
Menjelang gelap biasanya Dila dan sang Nenek baru kembali ke Tempat tinggalnya, sebuah rumah mungil semi permanen hasil Swadaya masyarakat yang berdiri di Tanah Wakaf bagian dari Lahan pemakaman Umum yang kondisinya sudah mulai lapuk dan rusak disana-sini.
Nenek dari Adila terkadang merasa takut dan khawatir akan masa depan Adila. Usia senjanya menjadi alasan akan ketakutannya. Ia tak tau jika suatu saat ia tidak lagi bisa melindungi Adila, siapa yang akan menjadi pengganti dirinya? Saat malam tiba, ia akan mengelus kepala sang cucu seraya sesekali mengecup keningnya dengan untaian doa yang ia ucapkan.
Entah apa yang akan terjadi jika Tuhan memanggilnya dalam waktu dekat. Atau jika suatu saat ia dan cucunya harus terpaksa meninggalkan tempat tinggal sementaranya itu dikarenakan tanah makam itu akan digunakan. Kemana mereka harus pergi? Dimana mereka harus tinggal? Sampai kapan mereka dapat bernaung disini? Akankah esok mereka dapat kembali menemukan sesuap nasi?
Berjuta pertanyaan terus berkecamuk dalam batin mereka.
Insan baik, maukah kita turut membantu menjawab pertanyaan di benak mereka dan menjadi perantara Jawaban dari Untaian Do'a Mereka, dengan Uluran tangan dan donasi terbaik kita mari kita hadirkan masa depan yang lebih baik untuk Adila dan Nenek Juangsih.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk segala kebutuhan Adila dan Nenek Juangsih, terutama untuk biaya pendidikan dan modal usaha serta tempat tinggal mereka. Juga akan digunakan oleh penerima manfaat lainnya serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan di bawah naungan dan pendampingan yayasan Amal baik insani.
Perjuangan Gadis Kecil Yatim Piatu Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000