Pak Rudi Hartono (44), adalah seorang kepala keluarga yang tidak pernah mengenal lelah demi keluarganya di desa. Selama 11 tahun, beliau dengan semangat tak pernah surut berkeliling menjajakan bandros dari jam 5 pagi hingga 6 sore setiap hari, meskipun hidupnya penuh dengan keterbatasan dan fisiknya memiliki keunikan tersendiri.

Pak Rudi memiliki kondisi fisik yang berbeda, di mana bagian atas tubuh sebelah kirinya tampak seperti meleleh dan tertarik ke satu arah. Ketika masih berusia 8 bulan, ia terkena tumpahan minyak panas yang melukai sebagian kepalanya hingga bagian kiri tubuhnya. Karena keterbatasan biaya, Pak Rudi tidak mendapatkan perawatan medis, sehingga luka bakarnya menjadi permanen seperti yang terlihat sekarang.

Pak Rudi masih menghadapi banyak keterbatasan hingga saat ini. Dengan pendapatan sekitar Rp25.000 per hari dari hasil berjualan di Bandung, hampir seluruhnya dikirimkan kepada keluarganya yang tinggal di Tasikmalaya. Meskipun bandros yang ia jual sering tidak habis, Pak Rudi dengan senang hati membagikannya kepada anak-anak yang ditemuinya dalam perjalanan pulang ke tempat tinggalnya.

Ia tinggal di sebuah kontrakan kecil yang dihuni bersama-sama dengan orang lain, dengan biaya sewa sebesar Rp500.000 per bulan. Meski harus berdesakan saat tidur, hal itu tidak menjadi masalah selama ia masih memiliki tempat untuk berteduh dan beristirahat di Bandung.

Siapa sangka pedagang kecil seperti Pak Rudi ternyata menjadi korban hipnotis. Pak Rudi sempat terkena hipnotis dimana ia membuat banyak 10 loyang bandros. Tapi saat sadar, bandrosnya tersebut tidak ada yang beli, justru uang 100 ribu rupiah yang sudah ia kumpulkan sejak 3 hari lalu malah menghilang. 

Bapak sangat khawatir jika tidak bisa mengirim ke keluarganya, karena anaknya harus bersekolah. Meskipun Pak Rudi hanyalah lulusan SD, tapi ia sangat ingin anaknya bisa menempuh pendidikan tinggi.