
Mak Anti Berjuang Demi Sepiring Nasi Dan Obati Suaminya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Maaf ya Mak... 15 tahun Abah nggak bisa cari nafkah, nggak bisa bahagiain Mak...”
Kalimat itu lirih nyaris tertelan oleh suara angin yang menyusup dari celah-celah dinding reyot di rumah kecil mereka. Tapi bagi Mak Anti (63), setiap kata dari Abah Ade (72) seakan mengguratkan luka yang selama ini ia sembunyikan rapat-rapat, bukan karena marah, bukan karena kecewa. Tapi karena ia tahu, suaminya yang terbaring lemah itu juga sama-sama terluka, bukan hanya raganya, tapi hatinya.
Sejak kecelakaan tragis 15 tahun yang lalu saat menebang pohon pisang pohon yang justru tumbang menimpa tubuhnya, tulang punggungnya mengalami cedera parah. Sarafnya terjepit, sejak hari itu, tubuhnya lumpuh dan kehidupannya bergantung sepenuhnya pada sang istri.
Di atas matras tipis yang sudah lusuh, tubuh Abah berbaring tanpa daya. Selimut tipis tak sanggup melindungi dari dingin yang merayap dari lantai kayu tua, yang mulai menganga dan rapuh termakan usia. Jika hujan turun, air masuk lewat celah-celah atap yang bocor, membuat seluruh rumah menjadi lembab dan licin. Tidak hanya berbahaya bagi Abah yang tak bisa bergerak, tapi juga untuk Mak Anti yang berjalan pincang karena asam urat yang dideritanya.
Ya, di tengah semua beban yang dipikulnya, Mak Anti sendiri juga sedang menahan sakit. Sendi-sendi kakinya nyeri. Langkahnya kini tak lagi tegak, tapi tertatih-tatih. Tapi ia tetap melangkah. Bukan karena mampu, tapi karena harus.
Seharusnya usia Mak Anti sudah diisi dengan istirahat. Tapi hidup memberinya peran sebagai pahlawan yang tak pernah bisa benar-benar rehat. Setiap pagi, ia bangun lebih dulu dari Mentari. Dengan kaki yang sakit, ia berjalan pelan-pelan keluar rumah, menuju ladang. Menjadi buruh tani dengan bayaran Rp30.000 per hari, jika ada yang memanggil. Jika tidak, ia akan bekerja sebagai buruh packing, dengan upah jauh lebih kecil hanya Rp12.000 per hari.
Dan di sela-sela waktu luang yang tersisa, Mak Anti membawa dagangan keripik pisang, berkeliling kampung. Ia tahu hasilnya tak seberapa, tapi ia tetap berjuang. Karena di rumah, ada suami yang harus diberi makan dan ada kebutuhan hidup yang tak bisa ditunda, sekalipun uangnya tak pernah cukup.
Pernah, karena benar-benar tak punya apa-apa, Mak Anti meminjam beras ke tetangga. Bukan untuk disimpan. Tapi untuk dimasak hari itu juga. Sering kali, mereka hanya makan dengan garam atau sisa keripik yang tak laku dijual.
Rumah mereka sudah hampir roboh. Atapnya bocor, dindingnya mulai rapuh, dan lantai kayu yang menjadi pijakan sehari-hari pun mulai keropos. Namun di balik rumah yang nyaris ambruk itu, ada seorang istri yang tak pernah goyah. Mak Anti tetap menggenggam tangan suaminya setiap malam, sembari berdoa, semoga esok masih ada rejeki meski tak tahu datang dari mana.
Kini, ada satu keinginan tersisa di hati Mak Anti “Saya cuma ingin punya usaha kecil di rumah... Biar nggak perlu ninggalin Abah setiap hari... Biar rumah ini bisa direnovasi, supaya kami nggak kehujanan lagi.” Ucap Mak lirih.
Harapan itu terdengar sangat sederhana. Tapi bagi Mak Anti, itu adalah impian yang hanya bisa disimpan di dalam doa, karena setiap harinya saja, ia masih berjuang untuk sekadar makan.
Insan Baik, Kita mungkin tak bisa menggantikan perjuangan Mak Anti, tapi kita bisa ikut menjadi bagian dari harapannya. Kita bisa bantu Mak Anti punya usaha kecil di rumah, agar tak lagi harus berjalan pincang dari ladang ke ladang.
Kebaikanmu hari ini bisa menjadi penawar luka bagi pasangan lansia yang telah terlalu lama hidup dalam keterbatasan. Mari bantu Mak Anti dan Abah Ade mewujudkan harapan mereka. Jangan biarkan mereka terus hidup dalam kepedihan yang sepi.
Setiap rupiah yang kamu donasikan adalah bagian dari senyum mereka esok hari. Karena tak ada kebaikan yang terlalu kecil jika dilakukan dengan hati yang besar. Dan tak ada harapan yang terlalu jauh, jika kita berjalan bersama.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha, penunjang Kesehatan abah dan sandang pangan. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dan program sosial kemanusiaan lainnya dibawah naungan Amal Baik Insani

Mak Anti Berjuang Demi Sepiring Nasi Dan Obati Suaminya
terkumpul dari target Rp 50.000.000