
Perjuangan Badut Tua Demi Keluarga
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Di usia 80 tahun, Abah Iing masih menari di jalan bukan karena ingin… tapi karena kalau ia berhenti, keluarganya akan kelaparan.”
Di bawah terik matahari dan debu jalanan, Abah Iing berdiri dengan kostum badut lusuh dan wajah yang disembunyikan di balik topeng. Setiap gerakan kecilnya bukanlah tarian bahagia, tapi perjuangan untuk hidup hari ini. Ia menari di perempatan jalan, berharap ada yang melempar receh ke arah topinya. Uang yang bisa memberi makan untuk dirinya, istrinya yang sakit-sakitan, dan kakak iparnya yang mengalami gangguan jiwa (ODGJ) sejak kecil.
“Abah mah nggak malu jadi badut, yang penting halal…” katanya lirih, dengan mata yang nyaris kehilangan cahaya.

Abah Iing tinggal di kontrakan kecil seharga Rp500.000 per bulan. Tempat itu menjadi saksi perjuangan tiga jiwa rapuh yang bertahan di tengah kerasnya hidup. Setiap pagi, ia menyewa kostum badut seharga Rp25.000 per hari, lalu menari dari satu lampu merah ke lampu merah lain, tanpa kepastian berapa rupiah yang akan ia bawa pulang. Kadang Rp30.000, kadang Rp60.000. Tapi sering kali, tak ada sepeser pun.
Saat hujan turun, Abah hanya bisa menepi, menatap langit, dan berdoa dalam dingin.
“Kalau nggak ada rezeki, Abah nunggu hujan reda, terus tidur di emperan ruko aja. Yang penting besok bisa coba lagi,” ucapnya pelan sambil memeluk lutut yang mulai gemetar karena usia.

Yang paling menyayat hati, anak-anak Abah Iing tak lagi menghubunginya.
“Pernah Abah telpon anak perempuan, cuma mau pinjam uang buat berobat istri, tapi malah ditutup telponnya,” ceritanya sambil menahan air mata.
Bayangkan… di usia setua itu, Abah Iing menanggung semuanya sendirian. Tanpa dukungan anak, tanpa tabungan, hanya mengandalkan tenaga tua dan topeng badut yang mulai robek di tepinya.

Meski hidupnya begitu berat, Abah Iing masih menyimpan impian kecil yang besar maknanya.
“Kalau Abah punya modal, Abah pengin jualan buah lagi, kayak dulu. Biar bisa hidup tenang tanpa harus ngamen pakai kostum badut…”
Harapan itu sederhana, tapi bagi Abah Iing, itu berarti masa tua yang damai tanpa lapar dan lelah.

Insan Baik, Mari Hadir untuk Abah Iing.
Abah Iing sudah terlalu lama menanggung hidup yang semestinya tak ia pikul sendirian. Kini saatnya kita hadir, bukan sekadar menatapnya dari balik kaca mobil, tapi menjadi bagian dari harapan yang ia nanti.
Jadilah Cahaya di Senja Hidup Abah Iing. Setiap Rupiah yang kamu sisihkan adalah napas kehidupan baru bagi Abah Iing. Bantu ia melepas topeng badutnya dan menikmati masa tua dengan tenang—tanpa lapar, tanpa hujan, tanpa air mata.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha, penunjang kebutuhan abah iing dan keluarga. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dan program sosial kemanusiaan lainnya dibawah naungan Amal Baik Insani.
Perjuangan Badut Tua Demi Keluarga
terkumpul dari target Rp 50.000.000
