"Saya ga tau penyakit Pipit, tapi udah puluhan tahun Pipit gini. Segala macem pengobatan juga udah kami ikhtiarkan. Ga ada yang berubah dari kecil sampe dewasa. Insya Allah kami ikhlas, ini ujian yang harus kami hadapi." – Pak Sartimin.

Sejak kecil Pipit (27) tidak seperti anak lainnya. Kedua kakinya tidak tumbuh dengan baik, tidak dapat berbicara, dan mengalami gangguan penglihatan di kedua matanya karena katarak.

Pipit yang tinggal di sebuah kamar yang gelap, lembab, dan sempit. Ia tidak dapat berkomunikasi, matanya tidak dapat melihat dengan jelas, bahkan kaki dan tangannya pun cenderung kaku. Dengan kondisinya tersebut, Pipit sangat bergantung pada ayah dan ibunya yang mengurus setiap hari, mulai dari memandikan, menyuapi dan aktivitas lainnya.

"Pipit sering teriak-teriak tanpa sebab dan sering mengamuk. Pernah taun 2008, beberapa kali saat kami lengah, dia pergi dari rumah. Alhamdullilah masih ketemu. Dari kejadian itu sampe sekarang kami buat kamar khusus", ujar Bu Samini.

Kedua orang tua Pipit bekerja bergantian untuk menjaga Pipit. Dari pagi sampai siang hari, Bu Samini berjualan mie ayam. Setelah selesai jualan, Pak Sartimin mencari rumput dan mengurus hewan ternak milik tetangga.

Namun akhir-akhir ini, dagangan mie ayam mereka semakin sepi pembeli. Pendapatan mereka tak sebanding dengan kebutuhan hidup. Selain harus memenuhi segala kebutuhan Pipit, mereka pun masih mempunyai tanggungan untuk menyekolahkan anaknya yang ke-2. Ditambah tempat tinggal mereka yang terbuat dari gubuk kayu sudah reyot.

Yuk bantu ringankan perjuangan Bu Samini dan Pak Sartimin untuk sembuhkan Pipit dan bantu modal usaha dengan klik DONASI SEKARANG.

Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Pipit dan modal usaha orangtua Pipit. Selain itu, kelebihan dana juga akan dipergunakan untuk para penerima manfaat lainnya yang membutuhkan, di bawah naungan Program Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.