"Kalau daganganku nggak laku, adik-adik nggak bisa bawa bekal besok..."

Kalimat itu diucapkan Dini (17) sambil menunduk. Di tangan kirinya tergenggam keripik yang belum juga laku, dan di pundaknya masih melekat tas sekolah yang belum sempat ia letakkan sejak pulang siang tadi.

Dini bukan hanya seorang kakak. Ia adalah pelindung, pengasuh, penghibur, sekaligus penyambung hidup bagi dua adik perempuannya yang masih kecil, Mia duduk di kelas 4 SD dan Silvi yang baru berusia 5 tahun. Mereka bertiga tinggal di rumah sederhana, menjalani hari-hari tanpa kehadiran orang tua di sisi.

Sejak kedua orang tuanya harus bekerja jauh sebagai buruh harian lepas di luar kota, Dini secara otomatis menggantikan peran ibu dan ayah. Sepulang sekolah, tanpa sempat mengganti baju seragam, Dini langsung membawa keripik milik tetangganya dan mulai berjualan keliling. Ia menyusuri jalan demi jalan, menawari siapa pun yang mungkin ingin membeli dagangannya.

Pernah satu hari, dagangan Dini tak laku sama sekali hingga larut malam. Tapi ia tetap berjalan, menyusuri jalan gelap sendiri, menahan kantuk dan rasa lelah, demi satu harapan besok adik-adiknya bisa tetap makan dan membawa bekal ke sekolah.

Jika dagangan tak laku, mereka harus puas makan satu piring bertiga. Lauknya? Hanya kerupuk atau kecap. Namun tak ada sedih di raut wajah mereka. Dini selalu mencoba tersenyum di hadapan adik-adiknya, meski dalam hati ia merasa gagal.

"Aku ingin mereka tetap sekolah. Biar masa depan mereka lebih baik dari aku."

Di tengah kesibukannya, Dini masih menyimpan cita-cita ia ingin kuliah, ingin menjadi pengusaha sukses. Tapi sekarang, mimpi itu mulai ia simpan dalam-dalam. Bukan karena tak mampu bermimpi, tapi karena realita hidup membuatnya merasa mimpi itu terlalu jauh untuk dicapai.

Insan Baik, Di luar sana, banyak remaja seumuran Dini sibuk memikirkan ujian sekolah atau berpergian di akhir pekan. Tapi Dini setiap malam memikirkan “besok makan apa?”, “adik-adik bisa sekolah nggak?”, “uang bekalnya cukup nggak?”

Jika tak segera dibantu, Dini bisa kehilangan pendidikannya. Adik-adiknya bisa putus sekolah. Bahkan untuk makan pun mereka harus terus bertaruh dengan keberuntungan hari itu. Dini tak pernah meminta apa pun untuk dirinya. Ia hanya ingin dua adiknya tetap tersenyum dan bisa tumbuh dengan layak.

Tapi sampai kapan seorang remaja bisa bertahan memikul semua itu sendirian?

Yuk jadi pelindung bagi Dini dan adik-adiknya, bantu mereka punya kepastian makan, sekolah, dan masa depan.

Dukung Dini agar bisa berdagang dari rumah tanpa harus keliling sampai larut malam, agar ia bisa menjaga mimpi adik-adiknya… dan juga mimpinya sendiri.

Disclaimer : Donasi akan digunakan untuk kebutuhan pokok Dini dan kedua adiknya, biaya pendidikan, serta modal usaha rumahan agar Dini tidak perlu lagi berkeliling jauh demi bertahan hidup. Sebagian donasi juga disalurkan untuk penerima manfaat lain di bawah pendampingan Yayasan Amal Baik Insani.