Berkah Ramadhan: Berbagi untuk Kakek Penjual Sapu Lidi yang Berjuang Melawan Tumor
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Wajahnya tak lagi muda, hitam terbakar matahari, penuh kerutan dan terdapat benjolan yang cukup menonjol di atas mata kirinya. Itulah sosok dari kakek Madsari (57 ), seorang Lansia yang berusaha bertahan hidup sebagai seorang penjual sapu keliling.
Sebatangkara kakek tinggal di sebuah gubuk berukuran 2x2 meter, sang istri telah lama berpulang, sedangkan sang anak pergi entah kemana. Berdiri menumpang di lahan milik orang lain gubuk kakek berdinding bilik dan beralaskan tanah dengan atap yang sudah di tambal dengan sepanduk dan terpal bekas, sangat tidak layak dan jauh dari Aman. Tidak ada kasur atau perabotan, hanya bale kayu reyot tempat kakek berbaring melepas lelah.
Beruntung pemilik lahan mengizinkan kakek tinggal disana meski tak tahu sampai kapan ia di perbolehkan tinggal di sana. Jika saja suatu hari lahan itu akan di pakai tentu kakek Madsari harus terpaksa angkat kaki dari tempat itu. Dan jika saja hal itu terjadi, ia tak tahu harus pergi kemana nantinya. Ia hanya berharap ia diberi cukup waktu untuk tinggal di sana.
Kakek Madsari setiap hari pergi ke perkebunan sawit yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Disana ia mencari daun sawit yang kemudian dia olah menjadi sapu lidi.
Barulah setelah itu ia akan menjajakan sapu-sapu lidi itu dengan berkeliling puluhan kilometer agar ia bisa mendapatkan uang untuk mengganjal perutnya setiap hari. Dengan usia yang tidak lagi muda, tentu ia harus beberapa kali berhenti dan beristirahat. Bahkan tak jarang ia terpaksa tidur di pinggiran jalan untuk sekedar melepas lelah.
Penghasilan yang ia dapat setelah seharian berkeliling hanya sebesar Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000 saja. Namun tak jarang tak satupun sapu-lidi nya terjual, tentu saja jika itu terjadi maka kakek harus tidur dengan perut kosong dan hanya dapat memasak air saja. Beruntung terkadang ada tetangga baik yang berkenan berbagi nasi meski tidak setiap hari.
Namun ada kekhawatiran baru yang menghantui kakek, sebuah benjolan mulai tumbuh di atas Alis Kakek, kian hari kian membesar dan tak jarang jika tak sengaja tergesek benjolan itu akan berdarah dan menimbulkan sakit bahkan sampai Demam.
"Gak tau apa, gak pernah diperiksa, dulu kecil kayak tahi lalat, tapi dua tahun ini terus membesar semenjak terbentur, kadang juga sakit dan berdarah ada yang bilang katanya tumor, " Ungkap Kakek madsari
Jangankan periksa kedokter atau puskesmas, kalau sakit paling kakek beli obat warung, itupun kalau ada uang, kalau tidak paling kakek hanya bisa berbaring dan memanggil Asma sang Pencipta, berharap Ia terlelap dan Esok sakitnya hilang.
"Kalau ada rejeki lebih pingin periksa ke dokter, karena makin besar dan suka sakit sampai gak bisa bangun dan menggigil, kalau sudah gitu Saya gak bisa ngider jual sapu dan gak bisa makan" Kakek Madsari menuturkan keinginannya.
Kesedihan Kakek bertambah ketika di bulan puasa, ketika orang lain berbuka dan sahur berkumpul bersama keluarga, Kakek hanya melaluinya seorang diri, tak jarang Kakek hanya Sahur dengan segelas Air putih, sedang siangnya Kakek masih harus berkeliling menjajakan sapu lidi buatanya.
Jangankan baju baru atau paket THR, hari Raya Kakek hanya bisa lalui seorang diri dan berharap kebaikan dari para tetangga.
Insan Baik, di hari raya tahun ini, mari kita hadirkan kebahagiaan bagi Kakek Madsari di Senja usianya, dengan THR yang tak terlupakan. Mari kita hadirkan tempat tinggal yang layak serta pengobatan yang Kakek impikan.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memberikan tempat tinggal yang layak, pengobatan serta modal usaha untuk kakek Madsari. Sebagian donasi juga akan digunakan untuk memberikan paket THR bagi para Lansia Duafa sebatangkara lainya.
Berkah Ramadhan: Berbagi untuk Kakek Penjual Sapu Lidi yang Berjuang Melawan Tumor
terkumpul dari target Rp 50.000.000