Pembuat Gula Aren Rela Tak Menikah Demi Rawat Sang Ibu
terkumpul dari target Rp 80.000.000
"Ibu, apa yang ibu rasakan? Apa ada yang bisa Rahmat lakukan untuk ibu?" tanya Rahmat khawatir
Dengan mata yang berair dan menahan nyeri, Mak Adah berkata, "Anaku, Emak tahu betapa berat perjuanganmu. Setiap hari Emak melihatmu berjuang tanpa lelah buat Emak, dan setiap hari pula kondisi Emak bukanya membaik namun malah semakin merepotkanmu, menikahlah nak cari calon istri jangan karena Emak kamu jadi enggan beristri"
Rahmat menundukkan kepala, menahan air mata yang hampir jatuh. *"Emak, saya gak mau gara-gara menikah saya jadi lalai mengurus Emak, biarlah Rahmat mengurus Emak saja"
Ada cerita haru dibalik nikmatnya kopi gula aren, adalah gambaran nyata dari perjuangan Rahmat (33) seorang penyadap nira, pembuat, dan penjual gula aren. Setiap hari, ia mempertaruhkan nyawa menembus hutan dan memanjat belasan pohon aren dengan tinggi belasan meter demi mendapatkan air nira untuk Ia olah menjadi gula aren.
Ia harus mengeluarkan tenaga dan menempuh resiko yang tak pernah sebanding dengan hasil yang diperoleh dari usahanya. Namun keterbatasan pilihan memaksanya untuk bertaham demi menyambung hidup dan merawat ibunda tercinta.
Rahmat harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia hanya dapat bersekolah sampai kelas 2 sekolah dasar karena keterbatasan Ekonomi yang mendera keluarganya. Hal ini membuat Rahmat tak memiliki banyak pilihan selain melanjutkan profesi sang Bapak sebagai penyadap Nira dan pembuat gula aren tradisional. Profesi yang tak menawarkan banyak penghasilan apalagi menjanjikan masa depan yang berlimpah. Sebuah profesi yang telah berada di tepian jurang jaman.
Kini hidup Rahmat hanya berputar pada perjuangan sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan mereka, tanpa kesempatan untuk mengembangkan diri dan meraih cita-cita. Bahkan untuk menikahpun Rahmat enggan, karena tak ingin membawa orang lain masuk ke pusaran hidupnya yang tak mudah.
Setiap pagi, ketika embun masih menyelimuti dedaunan dan matahari belum menampakkan diri, Rahmat sudah bersiap dengan perlengkapannya. Pohon aren yang ia sadap berada semakin jauh di dalam hutan karena habitatnya yang semakin terdesak dan jumlahnya yang semakin sedikit. Memaksa Rahmat untuk melewati lembah curam, mendaki gunung tinggi, dan menuruni bukit terjal. Setiap langkah yang diambilnya seolah membawa beban dunia di pundaknya, namun semangat dan cintanya pada sang ibu membuatnya tak pernah menyerah.
Setiap tetes air nira yang berhasil dikumpulkan Rahmat adalah hasil dari perjuangan tanpa batas, diolah dengan penuh kesabaran menjadi gula aren yang manis. Lalu, dengan langkah berat, ia menjual gula aren tersebut berkeliling kampung dan tempat keramaian sambil mendorong ibunya yang lumpuh di atas roda karena khawatir dan enggan meninggalkan nya seorang diri di rumah. semua demi menyambung hidup dan setiap langkahnya adalah harapan agar hari ini mereka bisa makan.
Di rumah, Rahmat mengurus ibunya dengan penuh kasih dan ketulusan. Setiap detik yang dihabiskan Rahmat untuk merawat sang ibu adalah bukti cinta tanpa batas dan pengorbanan yang luar biasa. Selain itu, kondisi rumah mereka yang hanya sebuah gubuk reot yang hampir roboh, dengan atap bocor dan dinding berlubang-lubang, semakin membuat situasi menjadi tak tertahankan.
Hidup Rahmat adalah sebuah potret nyata dari penderitaan yang terbungkus dalam keteguhan hati. Ibunya yang membutuhkan perawatan intensif, rumah yang tidak layak huni, dan impian untuk memiliki beberapa ekor hewan ternak yang hanya sebatas angan, membuat hidupnya seperti berada di ujung tanduk kesabaran.
Insan baik, Bersama kita bisa membuat perubahan. Bersama kita bisa memberikan harapan. Mari bersamai perjuangan Rahmat dengan doa dan donasi terbaik kita. Demi terciptanya senyuman di senja usia Mak Adah dan masa depan yang lebih baik untuk Rahmat.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan pengobatan Mak Adah, tempat tinggal, modal usaha serta kebutuhan mendesak Rahmat lainya. Sebagian donasi juga akan digunakan untuk keberlangsungan program sosial kemanusiaan serta para penerima manfaat lain di bawah naungan dan pendampingan Amal Baik Insani.
Pembuat Gula Aren Rela Tak Menikah Demi Rawat Sang Ibu
terkumpul dari target Rp 80.000.000