Teguh anak sulung dari 2 bersaudara. sang ibu ikut menopang perekonomian keluarga, karena ayah teguh hanya bekerja serabutan. kedua orang tuanya bercerai ketika Teguh masih kelas 3 SD. Ketika Teguh masih SD ibunya menderita sakit di lututnya. Lama kelamaan ternyata sakit kaki itu adalah tumor tulang. Karena kendala biaya transportasi ibu Teguh tidak bisa berobat secara rutin. Ketika masuk SMP ada orang yg menawarkan bantuan, beliau bilang akan membayar uang SPP Teguh, karena  sudah tidak bisa mencari biaya hidup ibu Teguh mengiyakannya. Ibu Teguh tidak pernah membayar uang SPP SMP sampai dia lulus SMP.

Sepulang sekolah sejak SMP sampai SMA teguh bekerja d bengkel. Uang gaji di bengkel Teguh berikan kepada ibunya.

Karena sekian lama menderita sakit tumor tulang, tahun2017 ibu Teguh meninggal dunia karena sakit tumor tulang yang di idap selama 6 tahun lebih sudah berubah menjadi sel kanker yang sudah menyebar sampai paru paru. Sebelum meninggal ibu Teguh menitipkan teguh kepada pemilik bengkel tempat Teguh bekerja. Semenjak ibunya meninggal tinggalah Teguh dibengkel.

Pada bulan Oktober 2019 teguh harus mengumpulkan FC ijazah SMP untuk melengkapi pemberkasan mengikuti ujian akhir SMA. Tapi ternyata ijazah SMP  teguh d tahan karena tunggakan biaya SPP  sebesar 2.550.000 yg belum d bayar. krn org yg dulu menawarkan bantuan kepada teguh sama sekali tidak membayar nya. pihak keluarga dari saudara ibunya teguh hanya mampu membayar sebesar 1.000.000, agar bisa mendapatkan FC ijazah SMP teguh. Sisanya  kini masih menunggak. Disaat bersamaan bagian tata usaha SMA pun memberikan rincian biaya yg harus d bayar sebesar 4.500.000.Paman dan bibi teguh tidak sanggup membayar. karena memang hanya bekerja serabutan dikebun orang. 

Sahabat mari patungan untuk melunasi biaya sekolah Teguh, meskipun seorang diri, ada secercak harapan Teguh untuk meneruskan sekolah sambil terus bekerja untuk masa depannya yang lebih baik dari kondisinya sekarang. Sekecil apapun dari sobat berbagi semua akan sangat berarti untuk Teguh.