Temani Perjuangan Para Lansia Sebatang Kara
terkumpul dari target Rp 500.000.000
Kisah Haru Kakek Penjual Nanas di Hari Tuanya
Kakek Ramlan lansia berusia 83 tahun ini tinggal seorang diri karena istri sudah lebih dahulu meninggal. Walaupun sudah tua Kakek terpaksa jualan nanas yang tidak jarang dagangannya tidak laku sama sekali.
Setiap harinya Kakek jualan dari pagi hingga sore, tak jarang Kakek kecapean hingga tertidur di jalan saat jualan.
Terkadang kaki Kakek sakit karena setiap hari harus mendorong gerobaknya, sampai sempat urat kaki Kakek terjepit hingga tidak bisa jalan. Karena itu untuk meredakan sakit kakinya, Kakek sering minum obat walaupun hanya bisa menahan sakit beberapa saat saja yang setelah itu kaki Kakek akan terasa sakit kembali.
Soalnya kalo tidak minum obat itu kaki Kakek terasa sakit, sempat tidak minum obat selama 2 hari karena tidak punya uang untuk beli obat
Belakangan ini Kakek sering merasa sedih dan nangis karena sudah tua dan sakit yang seharusnya sudah istirahat, tapi terpaksa harus jualan.
“Kalo tidak jualan mau makan apa?” ujar kakek.
Namun demikian, Kakek sering menyempatkan waktu untuk shalat dhuha agar dimudahkan rezeki nya
Harapan Kakek cuma satu, yaitu ingin diberi rezeki untuk bekal kalo Kakek meninggal nanti tidak merepotkan orang lain.
Kisah yang dialami Kakek ramlan pun dialami oleh Kakek Enen.
“Abah pernah waktu itu ditabrak lari, yang buat kaki Abah sampe patah. Terus liat barang rongsokan Abah berserakan di jalan dan udah pada penyok. Abah cuma bisa nangis di pinggir jalan sambil nahan sakit..” kenang Abah Enen dengan mata berkaca-kaca.
Setelah kecelakaan itu Abah tidak bisa berjalan sama sekali selama 4 bulan, yang berarti juga tak ada penghasilan. Bahkan hingga kini kondisi kaki Abah masih sulit untuk berjalan karena kakinya menjadi sedikit bengkok. Namun ujarnya, Abah telah memaafkan orang tersebut. Sungguh, dari pertama kali bertemu pun Abah memang orang yang sangat baik dan tulus.
Usianya saat ini sudah menginjak 73 tahun, namun masih saja memaksakan berkeliling mencari botol bekas, kardus, dan rongsok lainnya. Padahal Abah pun mengakui kaki dan punggungnya seringkali sakit, belum lagi penglihatannya pun sudah mulai berkurang, sehingga waktu Abah banyak dihabiskan untuk beristirahat di pinggir jalan ketimbang mencari botol bekas.
“Kaki Abah juga sering berdarah karena tertancap beling dan paku saat bekerja. YaAllah rasanya sakit banget, abah cuma bisa nutup lukanya pakai kain baju Abah..” ujarnya.
Abah Enen seringkali merasa sedih dan kesepian setelah kehilangan istri yang sangat dicintainya. Abah juga sering merasa terpuruk karena merindukan kehadiran istri yang selalu memberinya kekuatan dan kehangatan.
Miirisnya Abah tinggal di rumah yang tidak layak huni. Terlihat jelas oleh kami bagaimana kondisi kamar mandinya yang hanya ditutupi dengan karung bekas yang sudah usang dan robek di beberapa bagian sehingga seringkali bocor. Belum lagi lantainya hanya berasalaskan tanah.
Keinginan Abah sederhana, hanya ingin hidup layak dengan merenovasi rumah dan memiliki kamar mandi yang layak.
Mari #TemanBerbagi kita temani Kakek Ramlan di masa tuanya
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Temani Perjuangan Para Lansia Sebatang Kara
terkumpul dari target Rp 500.000.000