Di zaman sekarang, banyak hal bisa diakses dengan mudah melalui gadget, termasuk belajar membaca. Anak-anak kini lebih sering belajar huruf dan angka lewat layar daripada melihat poster yang ditempel di dinding. Namun, masih ada orang seperti Pak Jalaludin (58 tahun) yang tetap bertahan menjual poster abjad dan kalender secara keliling.

Setiap hari, sejak pagi hingga sore, Pa Jalaludin berjalan sejauh 10 kilometer untuk menawarkan dagangannya. Ia menjual poster dan kalender dengan harga rata-rata 10 ribu rupiah, tetapi keuntungannya hanya sekitar 3 ribu rupiah per lembar. Meski begitu, ia tetap berusaha, karena dari hasil jualan inilah ia menafkahi keluarganya dan membiayai pendidikan anak-anaknya yang masih sekolah.

Menjual poster abjad bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak orang menolak tawarannya karena merasa tidak membutuhkannya lagi. Dalam sehari, ia hanya bisa menjual sekitar 10 lembar poster atau kalender, sambil membawa beban dagangan seberat 10 kilogram. “Sekarang jarang yang beli, soalnya anak-anak sudah bisa belajar lewat HP,” ujarnya pasrah.

Selain itu, penjualan kalender juga tidak bisa diandalkan setiap hari. Kalender hanya laku di waktu-waktu tertentu, seperti menjelang awal tahun. Hal ini membuat Pa Jalaludin harus mencari cara lain untuk mendapatkan penghasilan. Ia kerap berganti dagangan sesuai musim agar tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.

Menafkahi istri dan dua anak yang masih sekolah bukanlah hal yang mudah. Biaya pendidikan terus meningkat, sementara penghasilannya tak menentu. Meski begitu, Pa Jalaludin tak pernah menyerah. Ia tetap bekerja keras, berharap dagangannya cukup laku untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya. “Yang penting usaha, Nak, rezeki mah ada yang ngatur,” katanya dengan senyum penuh keikhlasan.

#TemanBerbagi Pak Jalaludin sangat memiliki semangat untuk mencari nafkah jaman yang serba digital ini. Terbukti dari Pak Jalaludin selalu optimis mau hujan atau panas akan tetap keliling menjemput rezekinya. Harapan besar Pak Jalaludin, ingin memiliki modal usaha yang cukup untuk melanjutkan hidup tanpa bergantung ke orang lain dan lebih ringan. Yuk kita wujudkan impian Pak Jalaludin ini agar lebih semangat lagi menjalani hidupnya