Tongkat Kayu Bekas Jadi Penopang Hidup
terkumpul dari target Rp 65.000.000
17 tahun lalu, Pak Dayu (44) terjatuh dari pohon aren dengan ketinggian lebih dari 10 Meter dari permukaan tanah. Sempat tidak diketahui oleh keluarga, Pak Dayu ditemukan rekannya dalam kondisi pingsan. Selama berhari-hari, Pak Dayu tak sadarkan diri.
Saat diperiksa, dokter menyatakan tulang belakangnya bermasalah, kaki kiri patah, dan urat syaraf kaki terputus.
Sejak saat itu Kang Dayu harus berjalan kaki menggunakan tongkat kayu yang dibuatnya sendiri dari kayu dan paku bekas seadanya. Mirisnya, Pak Dayu harus berjalan kaki sejauh 2 Kilometer untuk bekerja.
Pak Dayu sempat dibawa ke ahli patah tulang, karena jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan cukup jauh dengan kondisi jalanan yang berkelok dan terjal. Setelah kondisinya tidak kunjung membaik, Pak Dayu dibawa ke puskesmas terdekat dan langsung mendapat rujukan ke rumah sakit di Bandung. Sempat mendapatkan perawatan selama 5 bulan, Pak Dayu terpaksa pulang karena tidak cukup biaya.
Pak Dayu bekerja sebagai buruh di pengolahan serabut ijuk dengan penghasilan hanya 30 ribu per hari, dari jam 7 pagi sampai 5 sore.
Saat ini Kang Dayu hidup menumpang di gubuk panggung bersama kakak perempuannya, Bu Raetin (50), di pegunungan pelosok Cianjur Selatan. Bu Raetin sendiri adalah seorang janda dengan 4 orang anak dan membuka warung kecil-kecilan.
“Penghasilan dari warung paling besar 20 ribu sehari, itu belum dipotong buat modal,” ujar Kang Dayu.
Pak Dayu berharap punya modal untuk mengembangkan usaha bersama kakaknya.
Yuk bantu Pak Dayu lebih produktif agar lebih banyak mendapatkan penghasilan dan usahanya berkembang!
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan lanjutan Pak Dayu, pengadaan tongkat, dan modal usaha, serta akan digunakan untuk Program Warung Nasi Kebaikan Gratis untuk mendukung perjuangan para pejuang nafkah dhuafa lainnya.
Tongkat Kayu Bekas Jadi Penopang Hidup
terkumpul dari target Rp 65.000.000