Selamatkan Mushola Kayu di Pelosok Banggai
terkumpul dari target Rp 350.000.000
Sebuah mushola tersembunyi di balik semak-semak. Bahkan jika dilewati sekilas, kita tidak akan sadar ada mushola di sana. Padahal, mushola bernama Ridhallah itu sudah berdiri selama 15 tahun.
Wajar saja jika orang luar gak ‘ngeh’ itu mushola, karena bangunannya dari papan kayu sederhana. Bahkan, sama lapuknya dengan rumah-rumah di sekitarnya. Namun, meski sederhana, mushola ini ramai dengan anak-anak mengaji.
Dinding kayunya lapuk dan berlubang-lubang. Jika hujan, air menerobos masuk dari lubang-lubang itu, menerpa anak-anak yang sedang mengaji.
Akhirnya, anak-anak ini harus merapat di tengah bangunan, semata-mata agar tak terpercik air hujan. Itu pun harus menahan dingin, karena yang melapisi tubuh kecil mereka dengan lantai hanyalah karpet plastik tipis.
Mushola Ridhallah dibangun atas jasa seorang guru ngaji bernama Ibu Saliem. Bersama sang suami, ia membangunnya dari hasil menyisihkan pendapatannya sebagai petani kecil.
Oleh karena itu, bangunan mushola ini sangat sederhana.
Beberapa waktu lalu saat atap mushola rusak parah, Ibu Saliem dan suami harus menjual lahan hanya untuk merenovasinya. Lahan itu cuma terjual Rp 2,5 juta, hanya bisa untuk mengganti atap daun rumbia menjadi seng.
Namun kini, mushola kembali rusak, dan keluarga Bu Saliem sudah tak memiliki apa-apa lagi. Sebagai guru ngaji, ia tak mendapat gaji. Penghasilan bertani pun tak lagi cukup untuk disisihkan.
Jika dibiarkan lebih lama, Bu Saliem, anak-anak, dan warga di Dusun 02 Maleo Jaya, Sulawesi Tengah, terancam kehilangan mushola mereka.
Jangan biarkan itu terjadi. Mari patungan selamatkan Mushola Ridhallah!
Selamatkan Mushola Kayu di Pelosok Banggai
terkumpul dari target Rp 350.000.000