Berjuang Nafkahi Keluarga, Meski Kaki Lumpuh Total
terkumpul dari target Rp 210.000.000
Tetap Berjuang Nafkahi Keluarga, Meski Kaki Lumpuh Total
Berat sekali cobaan yang Pak Amil tanggung. Kakinya sudah ‘hancur’ tertimpa kayu seberat 500kg saat bekerja menjadi kuli bangunan, hingga kini harus berjalan dengan bantuan kepala. Belum lagi tangannya pun melemah.
Namun salutnya Pak Amil pantang menyerah dan tetap ingin menafkahi keluarga kecilnya dengan berusaha membuat anyaman topi. Walaupun sekujur kakinya seringkali merasakan sakit tak tertahankan. Pak Amil bilang “Sakitnya seperti di tusuk-tusuk pisau.”
Hasil anyamannya pun dijual sangat murah, hingga upah yang didapatkan Pak Amil hanya sedikit. Sedihnya setelah pandemi ini anyaman Pak Amil seringkali tak laku sama sekali. Padahal upah hasil anyaman ini harapan satu-satunya Pak Amil agar anak dan istrinya bisa makan setiap hari.
Tak pernah berfikir negatif dari kecelakaan yang menimpanya. Pak Amil justru berkata “Dibalik ini semua mungkin ada hikmahnya. Waktu itu Bapak dituntut mikir gimana caranya harus tetep bisa produktif dan menghidupi keluarga. Akhirnya bapa coba belajar sendiri gimana caranya bikin ayaman topi dan Alhamdulillah bapak sekarang bisa.”
Bapak bilang ingin sekali mempunyai usaha dan anaknya bisa sekolah setinggi-tingginya agar kelak bisa merubah nasib keluarga.
Pak Abon, kini usianya hampir menginjak 58 tahun. Seorang pedagang asongan keliling yang menjual tisu, permen, dan minuman botol. Bekerja setiap hari dari pagi hingga malam tanpa mengenal lelah, demi bahagiakan keluarga kecilnya. Genap sudah 22 tahun Pak Abon menjalani hari-hari tanpa bantuan kedua tangannya.
“Kejadiannya saat itu bapak lagi ngeganti ban traktor, terus tangan bapak nyangkut, Bapak gabisa apa-apa sampai ga sadarkan diri. Sadar-sadar udah dirumah sakit dan udah engga ada tangan. Ditanya ke dokter ternyata tangannya ga ada itu bukan karena di amputasi, tapi putus di traktor.” Ucapnya dengan lirih
Hebatnya perjuangan Bapak mencari nafkah, 3 bulan setelah terkena musibah Bapak rela memaksakan diri berjualan asongan keliling. Sama sekali tak menghiraukan tangannya yang masih sakit bahkan hingga gemetar panas dingin.
Padahal penghasilan yang didapatnya pun tak seberapa, hingga sampai saat ini Pak Abon hanya bisa berobat setiap 4 bulan sekali. Yang seharusnya rutin karena Bapak sering merasakan sakit linu di bagian tangannya.
Bapak bercerita terkadang beberapa pembeli lupa untuk membayar atau bahkan berhutang kepada Pak Abon. Padahal dari hasil penjualan inilah satu-satunya harapan Pak Abon untuk keluarganya. Hingga kini terpaksa keluarga Bapak hanya bisa makan dengan tempe atau bakwan goreng saja.
Tak berhenti sampai situ kesedihan yang dialami Pak Abon, Beliau mengatakan seringkali di hina bahkan di tertawakan oleh orang-orang sekitar yang melihat keadaanya. Belum lagi dagangan yang dibawanya kerap kali terjatuh karena tak bisa di genggam dan tali yang di ikat pada tubuhnya tidak kencang.
Dan semenjak kehilangan kedua tangannya. Bukan malu karena tak lagi memiliki tangan, Namun Bapak lebih malu karena harus merepotkan banyak orang untuk membantu kesulitan yang Bapak alami.
Orang baik, bantu ringankan beban Pak Amil dan pak abon dengan bantuan modal usaha, semoga kebaikan kita mendapatkan balasan yang setimpal nantinya..
Mengapa donasi di Sajiwa Foundation?
- Pendampingan yang dilakukan merupakan bentuk Integrasi Kebutuhan Material dan Non Material
- Memiliki Objektif pendampingan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-Bound) yang disusun berdasarkan asesmen kebutuhan penerima manfaat.
- Dijalankan dengan prinsip pertemanan yang menyenangkan.
- Sajiwa Foundation terdaftar dan diawasi oleh Kemenkumham, Dinsos Kota Bandung dan Dinsos Jawa Barat.
- Setiap bulan Sajiwa Foundation melaporkan Aktivitas Program dan Laporan Keuangan bulanan di laman website.
Berjuang Nafkahi Keluarga, Meski Kaki Lumpuh Total
terkumpul dari target Rp 210.000.000