Sampah Penyambung Hidup Lansia Pejuang Nafkah
terkumpul dari target Rp 68.412.000
“Setiap hari, kecuali hari jumat, Abah biasanya berangkat dari rumah jam 5 subuh, pulang jam 1 siang. Itu abah jalan kaki aja, kalo pake ojek mah uangnya abis.”
Meski usianya sudah 90 tahun, Abah Eman masih semangat mencari rejeki di tempat pembuangan akhir sampah Sarimukti, Bandung Barat. Beliau biasanya jalan sejauh 6 km, menaiki dan menuruni bukit, padahal kakinya sudah renta.
Abah Eman pantang mengemis, beliau memilih berjuang meski terkadang basah kuyup saat hujan dan tersengat terik matahari, serta bau sampah yang menyengat demi dapat mengumpulkan sebanyak mungkin sampah kantong plastik.
"Abah cuma mampu mulung kantong plastik, kalo mulung besi atau botol abah ga sanggup bersaing sama yang muda-muda, sama takut juga soalnya harus deket-dekat Beko dan Dozer (excavator dan loader)," terang Abah Eman.
Dalam sehari, Abah mampu mengumpulkan 50 sampai 60 kg sampah kantong plastik. Harga jualnya Rp300 per kg, artinya sehari Abah dapat penghasilan Rp15.000 – 18.000 yang bisa ia bawa pulang untuk istri tercinta, Mak Enah (83).
Tak hanya soal ekonomi sulit, rumah mereka pun kondisinya mengkhawatirkan. Aliran listrik diberi oleh tetangga, itupun hanya 2 buah lampu kecil. Perabot dan pakaian pun sangat minim.
"Alhamdulillah di cukup-cukupin, makan pake sambel goang, yang penting ada beras sama garam," ungkap Mak Enah.
Mereka juga sebetulnya sudah mengalami banyak masalah kesehatan, mulai dari masalah penglihatan, asam urat, dan rematik namun tak pernah diobati. Yuk berbagi kebahagiaan dengan para lansia dhuafa di hari tua mereka!
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha dan renovasi rumah Abah Eman, juga untuk penerima manfaat lainnya di bawah naungan Amal Baik Insani dan kegiatan operasional.
Sampah Penyambung Hidup Lansia Pejuang Nafkah
terkumpul dari target Rp 68.412.000