Mba Ratih Tunadaksa Produktif Penjual Emping

Mba Ratih (40), wanita asal Wonogiri penderita tunadaksa (kelainan pada alat gerak seperti tulang, sendi, otot) sehingga memerlukan perawatan khusus. Meski dengan keterbatasan, tidak membuat Mba Ratih terpuruk, ia terus bangkit untuk menghidupi kedua anaknya.

Semangat Mba Ratih tidak pernah padam, ia tetap tegar berdiri demi kedua anak perempuannya dengan berjualan emping. Ia pun tinggal bersama ibunya Mbah Katinem yang sudah sepuh di gubuk sederhana miliknya. 

Tetap Produktif Meski Penghasilan Tak Menentu

Bersama ibunya lah Mba Ratih memproduksi emping yang kemudian dijual dengan harga Rp40 ribu per kilogram nya. Namun penghasilan tersebut tidak menentu setiap minggunya, ia bisa mendapat hasil lebih atau bahkan kurang. 

Kendati demikian, Mba Ratih tetap berjuang menjual emping, ia tidak memiliki pilihan lain saat kehidupannya hanya bergantung dari cemilan yang berasal dari biji melinjo tersebut. Wanita tegar itu selalu berusaha maksimal ditengah keterbatasan dirinya sebagai penderita tunadaksa.

Beban Hidup Semakin Berat Saat Ditinggal Suami

Suaminya entah pergi kemana, ia hanya ditinggali dua putri yang sudah beranjak remaja. Peran hidup yang ia tanggung sebagai ibu sekaligus tulang punggung keluarga sangatlah berat, tetapi ia memilih untuk terus bangkit membesarkan kedua anak gadisnya.

Makan Nasi Tanpa Lauk menjadi Santapan sehari-hari Keluarga Ini.

Karena penghasilan yang tidak menentu dari berjualan emping, alhasil Mba Ratih, kedua putrinya dan Mbah Katinem sering kali harus makan nasi tanpa lauk. Hal itu sudah seperti pil pahit yang harus ia dan keluarganya telan sehari-hari.

Maka dari itu Mba Ratih butuh bantuan dari teman-teman baik yang mau menyisihkan sedikit rezekinya untuk bersedekah, agar ibu dua anak itu bisa terus menghidupi keluarganya.

Investasikan kebaikan untuk berkah hidupmu dengan menyantuni Mba Ratih untuk modal usahanya agar semakin besar dengan klik link ‘DONASI’ berikut ini.