Tak Ada Masjid, Shalatnya di Rumah Warga
terkumpul dari target Rp 350.000.000
Puluhan tahun berharap miliki masjid, tapi hingga detik ini pun belum kesampaian. Namun saking inginnya shalat berjamaah, terpaksa warga Kampung Littae melaksanakannya di rumah salah satu dari mereka.
Sebagai petani sederhana, pendapatan mereka jauh dari cukup. Sekitar 15 tahun lalu, mereka sempat patungan untuk biaya bangun masjid. Namun, uang yang terkumpul hanya cukup untuk mendirikan fondasi dan tiang saja. Pembangunan pun terbengkalai hingga kini.
Padahal, di Littae ada sekitar 150 orang yang semuanya muslim. Ketiadaan masjid menyulitkan mereka beribadah jamaah. Rumah yang dijadikan tempat shalat seringkali tak bisa menampung jamaah.
Bisa dibayangkan, bagaimana sedihnya warga saat bulan Ramadhan tiba, tak ada shalat tarawih di masjid seperti yang dilakukan muslim lainnya. Begitu pula saat Idul Fitri, keceriaan hari raya jadi kurang sempurna karena tidak ada tempat untuk shalat Ied.
Lalu di mana kaum pria shalat Jumat?
Sobat, masjid terdekat ada di desa tetangga. Namun jangan bayangkan dekat ini berjarak ratusan meter belaka, seperti halnya di kota besar.
Masjid terdekat ini berjarak 3 kilometer, atau sekitar 1,5 jam berjalan kaki dari Littae. Akses jalannya masih berupa batu dan tanah, melewati jembatan kayu seadanya. Di musim hujan, sungai kerap banjir hingga memutus akses jalan.
"Kalau hujan turun jalanan sangat licin, warga yang menggunakan kendaraan menuju masjid tetangga ini harus berusaha keras mengendalikan kendaraannya agar tidak terpeleset dan jatuh," tutur warga.
Sobat, mari bantu hadirkan fasilitas ibadah untuk warga muslim pelosok ini. Insya Allah, setiap ibadah yang mereka lakukan di masjid ini, pahalanya akan sampai juga kepada kita yang membantu mewujudkan.
Yuk, bangun masjid pertama di Kampung Littae, Bontocani, pelosok Bone, Sulawesi Selatan.
Tak Ada Masjid, Shalatnya di Rumah Warga
terkumpul dari target Rp 350.000.000