Ada begitu banyak bentuk berbagi kebahagiaan, namun jika harus memilih satu, membagikan kebahagiaan beribadah mungkin menempati posisi pertama.

Alasannya, ibadah yang paling utama bagi seorang muslim adalah shalat. Ini pula ibadah pertama yang akan dimintai pertanggung-jawabannya kelak oleh Allah. Maka, sudah semestinya setiap kita komit mendirikan shalat sepanjang hayat.

Shalat bukan hanya jadi kewajiban, tapi juga kebutuhan batin. Dalam shalat khusyuk, kita temukan kedamaian dan jawaban atas segala permasalahan. Insya Allah.

Namun, hal ini tidak berjalan semestinya bagi warga Dusun Kasisi yang hidup di kaki Gunung Latimojong, di Enrekang sana. Bagi 50 penduduknya, adakalanya shalat di mushola menimbulkan rasa tak tenang.

Alasannya, bangunan kayu itu sudah lapuk parah. Bukan hanya satu atau dua, tapi hampir semua tiang kayu di mushola ini keropos. Pada saat hujan, air bisa masuk lewat celah di bawah pintu, karena lokasi mushola tidak rata.

Namun yang paling mengkhawatirkan, mushola bernama Darut Tauhid ini dipakai sekitar 80 murid Sekolah Dasar untuk shalat Dzuhur. Kondisi kayu yang lapuk di sana-sini, membuat warga khawatir terjadi hal yang membahayakan anak-anak ini.

Usia mushola memang sudah cukup tua, 11 tahun, dan selama itu belum pernah direnovasi. Pembangunannya pun dulu memakai sisa-sisa material pembangunan kantor desa.

Tapi tolong, jangan menilai buruk keterbatasan warga. Mereka bukannya tak ingin membangun tempat ibadah yang layak.

Hanya saja, kondisi ekonomi sulit sebagai petani sederhana membuat mereka seolah hanya bisa berkata, "Yah, seperti inilah adanya yang bisa kami bangun untuk tempat shalat kami."

Alhamdulillah, mereka dipertemukan denganmu, Sobat, sosok yang telah membantu pembangunan ratusan masjid di seluruh Indonesia.

Semoga kali ini, kebahagiaan itu milik warga Dusun Kasisi, kebahagiaan beribadah dengan khusyuk dan tenang, di masjid baru mereka yang kokoh dan layak.

Mari, perpanjang amal jariyah dengan bangun Masjid Darut Tauhid di Dusun Kasisi, Enrekang, Sulawesi Selatan.