Bagi penduduk Dusun Basappa, kesedihan itu bukanlah hidup mereka sebagai pencari rumput laut dengan pendapatan tak seberapa. Bukan pula karena takdir mereka yang tinggal di pulau terpencil yang listrik pun belum ada.

Bagi mereka, kesedihan adalah melihat mushola satu-satunya hancur perlahan, tanpa bisa berbuat apa-apa.

Hidup jauh dari kemudahan yang dimiliki masyarakat perkotaan, membuat warga Basappa terlatih berjuang, termasuk saat mereka harus membangun mushola 22 tahun lalu. Semua memakai iuran warga yang tak seberapa, hanya mampu membeli bahan seadanya.

Namun, warga bersyukur, karena yang penting mereka punya masjid sendiri untuk beribadah, dibandingkan shalat di masjid lain yang harus ditempuh dengan perahu kecil (katinting) selama 50 menit. 

Sayangnya, mushola bernama Al Hasanah itu makin rusak karena usia. Ada rasa waswas kala shalat dan mendengar suara tiang kayu yang berkeriut karena lapuk. Juga saat mendapati tempat shalat tergenang air, akibat atap seng yang sudah berlubang di mana-mana.

Rasa sedih pun menyeruak, saat menyaksikan dinding masjid yang perlahan runtuh. Melirik ke tempat imam, ternyata tanahnya pun amblas. Apakah karena faktor alam, atau karena dulu pembangunannya belum sempurna? Entahlah.

Apapun alasannya, kerusakan Mushola Al Hasanah menimbulkan duka mendalam di hati 30 KK muslim yang menghuni Dusun Basappa di Banggai Laut, Sulawesi Tengah, itu.

Ikhtiar iuran untuk perbaikan, beberapa kali dilakukan. Namun, sebagai pencari rumput laut dengan pendapatan Rp 200 ribu per bulan, untuk menghidupi keluarga saja sulit.

Akhirnya, warga hanya bisa ikhtiar dengan doa, juga mengajukan bantuan ke pihak-pihak yang bisa membantu. Kali ini, permohonan itu datang ke hadapanmu, Sobat Masjid.

Bagi warga Basappa, kehadiran masjid kokoh di sana akan jadi satu tambahan kebahagiaan di tengah keterbatasan hidup sebagai penduduk pulau terpencil. Yuk, patungan bangun Masjid Al Hasanah!