Mak Titi dan Perjuangannya untuk Kelangsungan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Kehilangan suaminya merupakan pukulan berat bagi Mak Titi. Mereka telah melewati banyak cobaan bersama, dan kepergian sang suami meninggalkan luka mendalam dalam hatinya. Meskipun merasa hancur, Mak Titi menyadari bahwa dia harus bangkit dan terus melangkah demi bertahan hidup
Sebagai seorang buruh mengupas singkong, Mak Titi harus berjuang dengan keras untuk mencari nafkah. Mak Titi hanya dibayar 100 rupiah saja perkilonya. Sehari Mak Titi biasa mengupas sebanyak 1 kwintal dan hanya mendapatkan 10 ribu rupiah, itupun tidak setiap hari ada singkong yang harus dikupas.
Kehidupan sebagai seorang lansia sebatang kara bukanlah hal yang mudah. Meskipun usianya tidak lagi muda, Mak Titi tak punya pilihan selain terus bekerja untuk bertahan hidup. Dia harus mencari kekuatan di dalam dirinya untuk menghadapi kesulitan hidup yang menimpanya.
Di samping mencari nafkah, Mak Titi juga harus menghadapi berbagai biaya yang harus dia tanggung sendiri. Biaya perawatan kesehatan dan kebutuhan sehari-hari menambah beban hidupnya yang sudah berat.
Meskipun hidup Mak Titi penuh dengan tantangan, semangat juang Mak Titi tak pernah pudar. Keinginan Mak Titi di usia senjanya kini punya warung di rumah untuk kebutuhannya sehari-hari dan hidup dengan layak di rumahnya kini tinggal sendiri
#TemanBaik, mari bersama kita bergabung dalam gerakan kebaikan dan memberikan dukungan bagi Mak Titi untuk mengatasi tantangan hidup ini.
Mak Titi dan Perjuangannya untuk Kelangsungan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000