MAK TITI, MARBOT LANSIA SEBATANG KARA
terkumpul dari target Rp 65.000.000
Sejak subuh hingga maghrib, Mak Titi (64) masih bersih-bersih masjid. Dalam 2x seminggu, Mak Titi jadi marbot masjid. Biasanya upah yang didapatkan hanya 30 – 50 ribu dan harus digunakan makan 3 – 4 hari.
“Selain bersih-bersih masjid, Mak juga biasa suka bersih-bersih toilet umum sama ambilin sampah warga buat dibersihkan. Ya lumayan kadang suka ada yang ngasih 10 ribu,” cerita Mak Titi.
Mak Titi tinggal seorang diri di rumah peninggalan suaminya yang sudah meninggal 14 tahun lalu, dan Mak Titi tidak punya anak. Kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Dinding rumah sudah lapuk, sebagian sudah terkelupas dan retak, bagian atap dapur dan salah satu atap kamarnya sudah ambruk sehingga tidak bisa digunakan lagi.
Beliau tidak punya pilihan untuk menempati rumah tersebut dengan segala bahaya yang sewaktu-waktu mengancamnya. Selain tidak tau harus kemana untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman dan nyaman, Mak Titi juga berat untuk meninggalkan rumah yang penuh kenangan bersama almarhum suaminya.
“Mak mah kalo ada modal pengen jualan di depan rumah. Sehari-hari dari hasil jualan aja. Kalo bersih-bersih masjid mah udah panggilan hati, ga dibayar juga Mak ikhlas,” ungkap Mak Titi.
Mak Titi merasa sudah tidak sanggup dengan kondisi tubuh yang sudah renta, apalagi sakit pinggangnya sering kambuh jika sudah selesai bekerja.
SahabatKU, yuk temani perjuangan Mak Titi punya gerobak untuk jualan di rumahnya!
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk renovasi rumah, modal usaha, bantuan kesehatan, dan kebutuhan pokok Mak Titi. Jika terdapat kelebihan dana akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dhuafa, lansia dan program lainnya yang berada di bawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
MAK TITI, MARBOT LANSIA SEBATANG KARA
terkumpul dari target Rp 65.000.000