Hidup Sebatangkara Berjuang Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"Dalam seminggu kadang dapat 20 ribu, biasa Mak beli nasi tanpa lauk, yang penting perut bisa keisi saja sudah alhamdulillah." ~Ungkap Mak Sumiasih
Tubuh lemah itu ia paksa kuat demi sesuap nasi dengan mencari rongsokan.
Tatapannya letih dengan langkah tertatih, Lansia ini terus melangkahkan kakinya. Setiap tumpukan sampah menjadi tumpuan bagi Mak untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi bertahan hidup.
Inilah kisah yang menyayat hati dari seorang pemulung yang bernama Sumiasih (50 tahun). Rasa lapar dan haus selalu membayangi hidupnya. Tempat sampah menjadi tumpuan baginya untuk bertahan.
Mak hidup sebatangkara karena selama hidupnya belum pernah menikah. Sehingga kini terpaksa harus hidup seorang diri ditengah kerasnya kota.
Rasa sakit yang ia rasa tak pernah beliau rasakan. Jika rasa sakit melanda, mak hanya bisa menahan rasa sakit itu seorang diri sambil terus berdoa memohon kesembuhan kepada sang maha pencipta.
Tak ada lagi tempat baginya untuk berkeluh kesah, tak bisa bekerja berarti tak makan.Bahkan Mak pun sering menahan lapar jika barang bekas yang dikumpulkannya tak bisa terjual.
"Sekarang itu jarang dapat barang bekas yang banyak. Kalaupun dijual paling dapat 5 ribu. Tapi alhamdulillah segitu juga sudah bersyukur, yang penting perut bisa terisi." ~Ungkap Mak Sumiasih sambil tersenyum
Mak tinggal disebuah rumah kontrakan ukuran 3x4 meter. Namun adakalanya mak pun terpaksa harus tidur dipinggir jalan jika tubuhnya sudah lelah dan tak kuat lagi untuk berjalan.
#TemanBaik, mungkin saat ini kita sedang menikmati beragam makanan dengan beragam menu yang tersaji dimeja makan. Tapi diluar sana ada Mak Sumiasih yang sedang berjuang untuk mencari sesuap nasi ditempat sampah. Maukah kita sisihkan sebagian rezeki yang kita miliki saat ini agar mak Sumiasih bisa tersenyum hari ini
Hidup Sebatangkara Berjuang Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000