Terus Panggil Almarhum Suami Disaat Rasa Sakit Mendera
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Sedih!!! Hidup sebatangkara dan sakit-sakitan. Mak Patonah harus menjalani hidupnya bersama anak angkat yang terkena gangguan mental.
Sejak suami tercinta meninggal dunia, terpaksa mak harus menjual rumah yang ditempatinya untuk biaya mengurus jenazah dan membayar hutang-hutang bekas biaya berobat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari selama Almarhum suaminya sakit.
Sejak itu pula mak Patonah harus tinggal berpindah-pindah dari rumah tetangga yang satu ke rumah tetangga lainnya bersama putra angkatnya Ahmad Hidayat (36 tahun).
Bertepatan dengan suami yang ia cintai meninggal, mak Patonah pun harus menerima kenyataan jikalau didalam tubuhnya pun kini sudah bersarang beragam penyakit sampai rambutnya pun rontok dengan kulit yang mengelupas.
2 tahun sudah sejak suaminya meninggal dunia, mak Patonah harus menahan rasa sakitnya. Air matanya terus menerus mengalir, jeritan demi jeritan pun senantiasa terdengar didalam rumah yang kini ditempatinya.
Setiap hari, rumah terisi dengan tangisan mak Patonah, ketika rasa sakit itu menyerang. Juga terdengar nama Ading, almarhum suaminya yang sudah berpulang.
Untungnya, mak Patonah masih ditemani oleh anak angkatnya Ahmah Hidayat. Dengan kondisi memiliki keterbelakangan mental, Ahmad Hidayat senantiasa menemani mak Patonah dengan segala keterbatasannya.
Jika kondisinya sedang normal. Ahmad hidayat senantiasa membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan senantiasa menemani mak kemana pun pergi. Namun, adakalanya Ahmad hidayat pun ngamuk tanpa sebab.
Bahkan beberapa kali mak pun harus rela menjadi pelampiasan kemarahannya. Mak hanya bisa menangis sambil merasakan penyakit yang kini dideritanya.
Untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, para tetangga bergantian mengantarkan makanan. Karena mak sudah tidak kuat lagi bekerja dan mencari nafkah.
Namun jika tidak ada yang memberinya makanan. Mak terpaksa harus menahan rasa lapar dan haus dengan berbaring seharian ditempat tidur, sambil terus berharap ada tetangganya yang mengetuk pintu mengantarkan sesuap nasi.
Meski fisiknya sudah melemah dengan kondisi yang serba keterbatasan, mak Patonah tak pernah meninggalkan shalat 5 waktu. Walau harus dalam posisi tiduran karena lemas, mak tetap melaksanakan kewajibannya.
Dalam setiap shalatnya, mak berdoa agar disisa usianya, ia bisa merasakan hidup layak. Tak perlu muluk-muluk apalagi bermewah-mewah, mak hanya ingin diberikan kesehatan dan bisa makan setiap hari.
#TemanBaik, bayangkan jika mak Patonah adalah orang tua kita, tegakah kita biarkan beliau menghabiskan masa tuanya dalam kondisi yang memprihatinkan?
Sedikit bantuan dari kalian akan memberikan senyum kebahagiaan yang sudah lama beliau tidak rasakan.
Terus Panggil Almarhum Suami Disaat Rasa Sakit Mendera
terkumpul dari target Rp 50.000.000