Perjuangan Mak Juju Mengais Rezeki
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Dengan semangat yang tak pernah padam, Emak Juju berkeliling kota menawarkan makanan yang ia jual sejak pagi. Tubuhnya yang sudah mulai renta masih harus berjuang menjajakan dagangan dengan berjalan kaki dari kampung ke kampung, menempuh belasan kilometer setiap harinya.
Sudah 11 tahun Emak Juju berjualan keliling makanan, sulit baginya untuk mencari pekerjaan lain karena faktor usia yang sudah tidak muda lagi. Emak Juju tinggal berdua bersama suaminya, Abah Ojak (68), yang berprofesi sebagai pemulung sampah plastik. Namun, belakangan ini Abah Ojak sering sakit-sakitan, sehingga Emak Juju harus mencari nafkah sendiri.
Gorengan yang Emak Juju jual bukanlah dagangan sendiri, kecuali cireng yang ia buat sendiri. Untuk makanan lainnya, Emak mengambil dari orang lain dengan keuntungan hanya 200 rupiah per gorengan yang terjual. Jika dagangan habis, Emak Juju bisa membeli lauk pauk untuk makan bersama Abah. Namun, jika banyak yang tersisa, hanya beras dan kerupuk yang menemani makan malam mereka.
"Udah berjalan jauh dari pagi, namun hanya beberapa saja dagangan Emak yang laku," ungkap Emak Juju sambil tersenyum.
Penghasilan Emak Juju sehari jika dagangan habis hanya sekitar 30 ribu rupiah. Namun, sering kali banyak yang tersisa. Yang paling miris adalah saat musim penghujan tiba, pembeli tiada dan Emak hanya bisa mendapatkan keuntungan 5 ribu rupiah saja.
Harapan Emak Juju adalah memiliki warung sembako demi bisa menunjang kehidupannya.
Perjuangan Mak Juju Mengais Rezeki
terkumpul dari target Rp 50.000.000