Lansia Bungkuk Penjual Daun Singkong
terkumpul dari target Rp 20.000.000
Dengan tubuh yang sudah renta dan ditambah tulang punggung yang sudah tidak normal lagi, Mak Juati (72) harus tetap mencari nafkah demi untuk bertahan hidup. Setiap hari, Mak Juanti berkeliling menjual daun singkong yang beliau panen sendiri di kebun milik orang lain.
“Satu iket dua ribu rupiah aja, keuntungannya mak beliin obat sakit badan di warung. Kalau ada lebih mak bisa beli singkong atau beras.”
Seperti yang diungkapkan oleh Mak, untuk satu ikat daun singkong mak hargai sebesar Rp.2.000 saja. Dalam satu hari mak hanya bisa menjual 5 sampai 6 ikat saja yang dimana berarti Mak Juanti hanya mendapatkan keuntungan 10-12 ribu rupiah saja.
Hidup Mak berubah ketika kecelakaan yang terjadi pada 7 tahun yang lalu ketika Mak bekerja sebagai kuli angkut singkong. Kecelakaan tersebut membuat tulang punggung Mak bergeser dan membuatnya bungkuk untuk seumur hidupnya.
“7 tahun lalu Mak kecelakaan, tergelincir waktu Mak lagi angkut hasil panen singkong. Mak tergelincir dan tertimpa singkong, sampai sekarang punggung Mak belum pernah diperiksa karena Mak ga punya biayanya.”
Mak Juati, sang lansia bungkuk yang masih semangat berkeliling belasan kilo meter dengan tongkat kayu yang usang. Kini, untuk membeli beras saja Mak tidak sanggup, terpaksa Mak harus makan hanya dengan singkong rebus saja.
#TemanBerbagi, dengan kondisi tubuh Mak yang sudah renta dan tidak normal lagi, Mak masih semangat berkeliling melawan teriknya cahaya matahari untuk menjual daun singkong yang penghasilannya tidak seberapa. Jika ada modal, Mak ingin membuka warung di rumahnya agar Mak tidak perlu berkeliling lagi dan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih layak. Yuk bantu bahagiakan Mak Juanti dengan membangunkan warung impiannya bareng-bareng!
Lansia Bungkuk Penjual Daun Singkong
terkumpul dari target Rp 20.000.000